Corona Virus Safety : Kewaspadaan dan Pencegahan Penyebaran lnfeksi Covid-19 metode Rasulullah SAW
Corona Virus Safety : Kewaspadaan dan Pencegahan Penyebaran lnfeksi Covid-19 metode Rasulullah SAW
-Hadi Kurniawan-
Nabi pun melarang umatnya untuk memasuki daerah yang terkena wabah, apakah itu pes, lepra, maupun penyakit menular lain.
Rasulullah bersabda, "Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kelian meninggalkan tempat itu," (H.R. Bukhari dan Muslim)
Ini merupakan metode KARANTINA (ISOLASI) yang telah diperintahkan Nabi Muhammad SAW untuk mencegah wabah tersebut menjalar ke negara-negara lain.
Untuk memastikan perintah tersebut dilaksanakan, Nabi Muhammad mendirikan tembok di sekitar daerah yang terjangkit wabah (LOCKDOWN)
dan menjanjikan bahwa mereka yang bersabar dan tinggal akan mendapatkan pahala sebagai mujahid di jalan Allah, sedangkan mereka yang melarikan diri dari daerah tersebut diancam malapetaka dan kebinasaan.
Peringatan kehati-hatian pada penyakit lepra juga dikenal luas pada masa hidup Nabi Muhammad SAW. Rasulullah menasihati masyarakat agar menghindari penyakit lepra.
Dari hadis Abu Hurairah, Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, "Jauhilah orang yang terkena lepra, seperti kamu menjauhi singa."
Di masa ke Khalifah Umar bin Khattab, wabah kolera menyerang Negeri Syam. Khalifah Umar bersama rombongan yang saat itu dalam perjalanan menuju Syam, terpaksa menghentikan perjalanannya.
Umar pun meminta pendapat kaum muhajirin dan kaum anshar untuk memilih melanjutkan perjalanan atau kembali ke Madinah. Sebagian dari mereka berpendapat untuk tetap melanjutkan perjalanan dan sebagian lagi berpendapat untuk membatalkan perjalanan.
Umar pun kemudian meminta pendapat sesepuh Quraisy. Yang kemudian menyarankan agar Khalifah tidak melanjutkan perjalanan menuju kota yang sedang diserang wabah penyakit.
"Menurut kami, engkau beserta orang-orang yang bersamamu sebaiknya kembali ke Madinah dan janganlah engkau bawa mereka ke tempat yang terjangkit penyakit itu," ujar sesepuh Quraisy sebagaimana dikutip dalam buku Pesona Akhlak Nabi, (Ahmad Rofi' Usmani, 2015).
Namun di antara rombongan, Abu Ubaidah bin Jarrah masih menyangsikan keputusan Khalifah. "Kenapa engkau melarikan diri dari ketentuan Allah?" ujarnya.
Umar pun menjawab, bahwa apa yang dilakukannya bukanlah melarikan diri dari ketentuan Allah melainkan untuk menuju ketentuan-Nya yang lain.
Keputusan untuk tidak melanjutkan perjalanan pun semakin yakin saat mendapatkan informasi dari Abdurrahman bin Auf. Bahwa suatu ketika Rasulullah melarang seseorang untuk memasuki suatu wilayah yang terkena wabah penyakit. Begitupun masyarakat yang terkena wabah tersebut untuk tidak meninggalkan atau keluar dari wilayahnya.
Ini merupakan cara mengISOLASI agar wabah penyakit tersebut tidak menular ke daerah lain. Negeri Syam kala itu sekitar tahun 18 Hijriyyah, diterjang wabah qu'ash.
Wabah tersebut menelan korban jiwa sebanyak 25 ribu kaum muslimin. Di antara sahabat Nabi Muhammad saw yang meninggal akibat wabah qu'ash adalah Mu'adz ibn Jabbal, Abu Ubaidah, Syarhbil ibn Hasanah, Al-Fadl ibn Al-Abbas ibn Abdul Muthallib.
Seperti diketahui, saat ini wabah virus corona menyambut awal tahun 2020. Di mana, wabah ini telah membunuh dan menginfeksi secara global bahkan terhadap tenaga kesehatan yang berada difrontliner dalam memerangi virus ini. Oleh karenanya, otoritas kesehatan dunia tengah berjuang untuk mencegah wabah corona virus ini menyebar lebih jauh.
Kisah Umar dan Abu Ubaidah
Pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab, wabah penyakit pernah menerpa kaum Muslimin. Wabah itu bermula di Amawas sehingga di namakan demikian. Akibatnya, ribuan Muslimin wafat, termasuk para tokoh sipil dan militer.
Menghadapi fenomena ini, Khalifah Umar mengerahkan seluruh daya dan upaya. Tambahan pula, pada periode yang sama akhir tahun ke-17 Hijriyah bencana kelaparan juga melanda. Sembilan bulan lamanya sekujur Jazirah Arab tak diguyur hujan sama sekali. Kalangan sejarawan menyebut masa itu sebagai tahun abu (Amar Ramadhah). Sebab, banyak hamparan tanah setempat yang mengering dan hanya menghasilkan debu.
Episentrum wabah mematikan itu berada di Amawas, suatu kota sebelah barat Yerusalem, Palestina. Muhammad Husain Haekal dalam buku biografi tentang Umar bin Khattab menjelaskan, wabah tersebut terus menjalar ke Syam (Suriah), bahkan Irak. Tiap orang yang tertular tak lama kemudian akan meninggal.
Alhasil, penyakit ini memicu kepanikan massal. Sebulan lamanya wabah tersebut menyeruak. Total korban jiwa mencapai 25 ribu orang. Basrah menjadi kota dengan jumlah korban terbanyak. Di antara mereka yang gugur itu adalah figur-figur penting, semisal Abu Ubaidah bin Jarrah, Muaz bin Jabal, dan Yazid bin Abi Sufyan. Selain itu, turut pula menjadi korban jiwa adalah Haris bin Hisyam, Suhail bin Amr, dan Utbah bin Suhail.
Haris bin Hisyam terkena wabah Amawas setelah mengadakan perjalanan dari Madinah ke Suriah. Dalam kafilahnya, terdapat 70 orang anggota keluarganya. Di lokasi tujuan, banyak penduduk setempat terjangkit penyakit menular itu. Akhirnya, Haris dan nyaris seluruh keluarganya meninggal dunia. Hanya empat orang dari mereka yang selamat.
Sapuan wabah juga meliputi kawasan tempat tinggal tentara Muslimin. Jenderal Khalid bin Walid ikut terdampak wabah Amawas. Sebanyak 40 orang anaknya meninggal dunia setelah terjangkit penyakit itu. Sesungguhnya, basis pertahanan umat Islam di Suriah menjadi begitu lemah.
Musuh bisa datang kapan saja. Namun, para jenderal Romawi lebih memilih bersikap pasif. Sebab, mereka pun tak mau terimbas wabah yang sama begitu mengadakan kontak di sekitar Suriah.
Khalifah Umar bin Khattab menyadari adanya wabah tersebut saat dalam perjalanan dari Madinah menuju Suriah.
Saat itu, rombongannya terdiri atas sejumlah pemimpin militer, termasuk Abu Ubaidah bin Jarrah, Yazid bin Abi Sufyan, dan Syurahbil bin Hasanah. Khalifah Umar baru saja tiba di Sar, dekat Tabuk, ketika tiga tokoh tersebut memberitahukan kepadanya ihwal wabah Amawas. Mendengar keterangan mereka, Umar sem pat merasa cemas.
Ia lantas memimpin musyawarah untuk menentukan sikap, apakah meneruskan perjalanan atau balik ke Madinah. Sebagian rombongan mendesak agar perjalanan dilanjutkan. Sebagian yang lain meminta Umar untuk kembali saja ke ibu kota.
Keesokan harinya, usai memimpin shalat subuh Umar menyeru kepada seluruh peserta rombongan, Saya akan kembali ke Madinah, maka pulanglah kalian. Namun, keputusan Umar itu kemudian di debat oleh Abu Ubaidah. Pemimpin militer ini diketahui masih memiliki sejumlah pasukan di barak-barak tempur di Suriah.
"Wahai Umar, kita akan lari dari takdir Allah?" tanya Abu Ubaidah.
"Ya, lari dari takdir Allah menuju takdir Allah juga," jawab Umar.
Saat keduanya sedang beradu argumen, datanglah Abdurrahman bin Auf. Setelah mengetahui duduk perkaranya, Ibnu Auf lantas mengingatkan kepada mereka berdua ihwal sabda Nabi SAW: "Jika ada wabah di suatu kota, janganlah kalian masuk. Kalau kalian sedang ada di dalamnya, janganlah kalian lari keluar."
Mendengar nasihat itu, Umar makin merasa yakin. Ia dan para pengikutnya lantas beranjak pulang. Berbeda dengan sang khalifah, Abu Ubai dah tetap berijtihad untuk meneruskan perjalanan ke Suriah. Rupanya, ia ingin mendampingi seluruh pasukannya yang masih bertahan di sana.
Sesampainya di Madinah, berhari-hari lamanya Umar memikirkan keadaan rakyat di Syam. Pikirannya juga terpaut pada kabar Abu Ubaidah. Sungguh, Umar berharap ia kelak dapat menggantikannya sebagai amirul mukminin. Al-Faruq kemudian mengirimkan surat kepada Abu Ubai dah. Isinya mengajak yang bersangkutan agar segera menemuinya di Madinah. Alasannya, ada suatu masalah yang ingin dibicarakan secara empat mata.
Membaca surat itu, Abu Ubaidah sudah dapat menangkap maksud implisit Khalifah Umar. Sang amirul mukminin hendak membebaskannya dari cakupan wabah. Ia pun menulis surat balasan, "Saya sudah tahu tujuan Anda kepada saya. Saya berada di tengah-tengah pasukan Muslimin. Saya tidak ingin menjauhi mereka dan berpisah dengan mereka sampai nanti Allah menentukan keputus an-Nya untuk saya dan untuk mereka. Lepaskanlah saya dari kehendak Anda, wahai amirul mukminin, dan biarkanlah saya bersama dengan prajurit saya."
Ketika surat itu sampai di Madinah, Umar membacanya dengan air mata kesedihan. Bagaimanapun, Umar tak menyerah. Ia masih berupaya menyelamatkan seluruh rakyat dari wabah Amawas. Ia menulis lagi surat kepada Abu Ubaidah. Isinya menyarankannya agar memimpin rakyat setempat untuk pindah ke tanah yang tandus dan lebih tinggi. Belum sempat instruksi itu dilakukan, Abu Ubaidah meninggal dunia.
Muaz bin Jabal tampil sebagai penggantinya. Namun, ia pun ikut terserang wabah yang sama hingga wa fat beberapa hari kemudian. Posisinya digantikan oleh Amr bin Ash. Gubernur Mesir itu lantas berpidato di hadapan khalayak rakyat Suriah, Penyakit ini bila sudah menyerang, menyala bagaikan api.
Maka hendaknya kita berlindung dari penyakit ini ke bukit-bukit! Seluruh warga setempat mengikuti anjuran ini. Amr dan para pengungsi itu terus bertahan di dataran-dataran tinggi hingga sebaran wabah Amawas mereda dan hilang sama sekali. Amr kemudian berkirim surat ke Madinah.
Khalifah Umar tak menyalahkan Amr yang mengambil kendali atas instruksinya kepada Abu Ubaidah. Malahan, sang amirul mukminin mengapresiasinya. Ia merasa perintahnya sudah dilaksanakan sebagaimana mestinya. Sesudah mengetahui kabar tentang meredanya wabah Amawas, Umar pun berangkat menuju Suriah. Dengan segala upaya, ia memulihkan kembali kondisi seluruh warga, termasuk yang tinggal di pelosok daerah tersebut. Sang khalifah juga menentukan pemimpin militer pengganti Abu Ubaidah.
Setelah semuanya beres, ia hendak memimpin shalat berjamaah. Orang-orang menyarankan, alangkah baiknya bila azan kali ini dibawakan oleh Bilal bin Rabah. Memang, sudah lama sang juru azan itu tak mengumandangkan panggilan shalat lagi sejak wafatnya Rasulullah Muhammad SAW. Demi mendengar suara Bilal, seluruh Muslimin menangis. Ada perasaan rindu yang dalam terhadap Rasul SAW. Di antara mereka, Umarlah yang paling keras suara tangisannya.
Muhammad Husain Haekal memaparkan, wabah Amawas terus menjadi perhatian kalangan sejarawan, baik dari era abad pertama Hijriyah hingga kekinian. Para penulis dahulu beranggapan, wabah itu terjadi sebagai bentuk kemurkaan Allah kepada penduduk Suriah yang masih terpaut pada minum minuman ke ras. Sebelum wabah itu menyeruak, Abu Ubaidah di ketahui pernah bersurat kepada Khalifah Umar untuk melaporkan kebiasaan buruk sebagian warga setempat itu.
Ia juga menuturkan, beberapa tokoh lokal bahkan berani mendebatnya. Umar lantas memaklumkan, tiap orang yang kedapatan meminum khamr agar dihukum cambuk sebanyak 80 kali. Setelah surat Umar itu tiba dan diumumkan kepada khalayak, Abu Ubaidah berseru kepada orang-orang, Wahai penduduk Syam, akan terjadi sesuatu terhadap kamu sekalian!
Kalangan penulis klasik memandang, seruan Abu Ubaidah itu merupakan denting peringatan sebelum turunnya wabah Amawas. Akan tetapi, para penulis dari masa yang belakangan tak sepakat dengan pan dangan demikian. Logikanya, tak mungkin sahabat yang mulia seperti Abu Ubaidah mengharapkan datangnya musibah kepada 'seluruh' penduduk Suriah hanya karena perangai 'segelintir' orang yang gemar minuman keras (Republika).
Analisis pribadi berdasarkan www.worldometers.info/coronavirus/ :
Melihat grafik perkembangan Total Kasus (Gambar 1) bahwa grafik mengalami peningkatan terjal, dari grafik kejadian total kasus tersebut belum mencapai titik puncak maksimum grafik, potensi untuk terus meningkat bisa terus terjadi 2 sd 4 pekan kedepan bahkan diperkirakan mencapai puncaknya April atau Mei.
Demikian halnya juga terlihat pada Total Kematian (Gambar 2) terus mengalami peningkatan, walaupun angka kematian terhadap kasuals sekitar 2-3%, sehingga kita tidap boleh panik, namun tidak juga meremehkan atau menggampangkan, tetaplah waspada dan memperbaiki kualitas diri dan perilaku.
Kabar baiknya adalah seiring meningkatnya kasus baru diiringi juga peningkatan pasien yang berhasil sembuh (recovery) sebagaimana grafik pada (Gambar 3).
Dan terlihat pada (Gambar 4) dimana persentase kesembuhan terus meningkat sedangkan persentase kematian terus menurun.
Oleh karenanya, menghadapi wabah ini mesti adanya kesadaran dan kontribusi semua pihak termasuk masyarakat untuk mematuhi arahan pemerintah dan mengikuti protokol keselamatan dengan:
1. Menjalankan dan menerapkan Protokol Kewaspadaan dan Pencegahao Covid-19 dengan baik,
2. Mempraktikkan dan membudayakan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sesuai dengan pedoman yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
3. Tidak beraktivitas ketempat kerja jika mengalami sakit atau mengalami penurunan kondisi kesehatan,
4. Bagi yang mengalami gejala infeksi Covid-19 seperti demam, batuk, influenza, dan nyeri tenggorokan, diminta untuk segera memeriksakan diri ke rumah sakit rujukan terdekat yang sudah ditunjuk pemerintah,
5. Seseorang yang baru kembali dari daerah yang terinfeksi Covid-19, atau memiliki riwayat kontak dengan pasien terkontaminasi positif Covid-19, diwajibkan untuk melaporkan diri ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten setempat untuk mendapatkan arahan lebih lanjut,
6. Pelaksanaan kegialan lain yang melibatkan banyak peserta/pangunjung/undangan (melebihi 50 orang) sebagaimana kiteria WHO, diinstruksikan untuk dijadwal ulang sampai dengan keadaan memungkinkan,
7. Kegiatan kunjungan ke luar negeri untuk ditunda dan dijadwalkan ulang sampai dengan keadaan memungkinkan,
8. Kegiatan kunjungan di dalam negeri yang tidak penting, untuk ditunda dan dijadwalkan ulang,
9. Berlakukan Partial Lockdown, Self Isolation, and Social Distancing segera sebelum terlambat dan epidemi semakin menyebar.
Perkuat Sistem IMUN, dengan mengkonsumsi vitamin C, sayur buah dan makanan sehat dan bergizi
Pertebal juga Sistem IMAN...
Perbaiki PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat),
Hindari kerumunan, kongkow2, nongkrong,
Perbanyak Munajad kepada-Nya self isolation
Gunakan Masker menutup hidung dan mulut bagi yang memerlukan,
Amalkan etika Batuk,
Jaga Jarak minimal 1 meter, Jangan mendekat, Hindari berjabat tangan dan berpelukan, kontak tangan dan fisik
Persering Cuci Tangan 6 langkah sesuai WHO,
Sucikan Hati dan Tenangkan Fikiran dengan Wudhu' sesuai syariat
Hindari memegang Muka,
Tidur cukup dan Olahraga
Jangan Panik,
Juga Jangan Meremehkan
Tapi Tetap Waspada
Perbanyak Doa dan Tingkatkan Taqwa...
Semua harus bergerak seiring sejalan, tidak mementingkan urusan pribadi dan kesenangan maupun keuntungan pribadi dengan mengenyampingkan kesehatan serta keselamatan bagi khalayak ramai.
Ingat!!!
Diiliburkan untuk karantina dan isolasi diri untuk mengurangi risiko pengebaran COVID-19,
Bukan liburan.
Hindari travelling, jalan2 ke mall, kolam renang, kongkow2 ke kafe atau apapun aktivitas yang bukan untukH kebutuhan primer.
Perlakukan diri kita seolah sudah terkena virus agar lebih waspada sehingga orang lain tidak terjangkit.
Jika self isolasi, partial lockdown atau social distancing berhasil inaya Allah diharapkan dapat menekan meledaknya grafik penyebaran virus dan disaat bersamaan memberikan waktu untuk yang sakit bise sembuh (recovery), serta tenaga kesehatan dan jumlah fasilitas kesehatan mampu menampung untuk menangangi pasien.
Jadi masing-masing diri harus sadar dan tau diri menyikapi kondisi ini dengan bijak.
Kalau kita masih "bengal bin bebal" dan tidak bekerja sama, maka self isolation atau karantina mandiri 14 hari jadi PERCUMA atau SIA-SIA untuk mencegah penyebaran. Bahkan sebaliknya, ketika ajang karantina diliburkan malah liburan ketika nanti saatnya mendekati 14 hari semua orang aktif beraktivitas kembali justru disitu awal ledakan terjadi karena semua berkumpul dan saling tidak mengetahui bahwa masing-masing diri telah menjadi "silent spreader" atau "hidden carier" penyebar virus.
-HK-
Numpang promo ya gan
ReplyDeletekami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*
ReplyDeletemain poker dengan banyak penghasilan
ayo segera hubungi kami
WA : +855969190856