Widget HTML Atas

Peran Ayah dalam Pendidikan


Yuks:

https://youtu.be/R-eXv830gqk

Al-Qur’an menyebutkan beberapa kisah ayah bersama anaknya. Diantaranya adalah kisah Nabi Ibrahim, Nabi Nuh, Ya’qub dalam surat Al- Baqoroh 132-133, QS. Luqman 12-19, QS. Yusuf. Proses pendidikan bukan hanya terjadi pada kita saja, akan tetapi terjadi pula pada para Nabi dan Rasul. Ketika kita membaca kisah Nabi Ibrahim yang sabar dalam menjalankan perintah Allah. Hajar yang tegar, dan Ismail yang sabar.

masihkah sebagian ayah beranggapan bahwa mendidik anak-anak adalah tanggung jawab ibu saja, tidak ada kewajiban baginya, kecuali menjamin kebutuhan materi bagi istri dan anak-anaknya. Karena itu kita dapati seorang ayah mengabiskan sebagian besar waktunya di luar rumah untuk bekerja, atau bersama rekan-rekannya. Jika dia pulang ke rumahnya, ia hanya duduk sendirian di kamar sembari memperingatkan istrinya yang membiarkan anak-anak mengganggu ketenangannya saat merenung dan bermimpi saat tidur.

Sebagian ayah berlalu seperti orang bisu, tidak ada waktu untuk berdialog, bercanda dan bermain dengan anak-anaknya. Padahal dalam al-Qur’an dialog antara ayah dengan anaknya disebutkan sebanyak 14 kali. Sedangkan dialog ibu dan anaknya sebanyak 2 kali dan dialog dengan keduanya sebanyak sekali. Ternyata al-Qur’an ingin memberikan pelajaran Bahwa untuk melahirkan generasi istimewa harus memenuhi komposisi diatas.

Seorang ayah hendaknya memberikan pembelajaran kepada anaknya bisa kapan saja. Bisa saat dalam perjalanan, di mobil, dan tidak terfokus didalam rumah. Terutama mengajari anak-anaknya perkara agama. Maka menjadi suatu keharusan bagi seorang ayah untuk mengetahui permasalahan agama, paham halal dan haram, memahami berbagai kiat mendidik, prinsip-prinsip akhlak, dan kaidah-kaidah syari’at. Apabila dia telah mengetahui hal tersebut, maka dia harus mempelajari berbagai persoalan agama. Hal ini dimaksudkan agar ayah dapat beribadah kepada Allah berdasarkan ilmu dan pemahaman yang benar.

Ketika anak masih kecil, mereka tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik mana yang buruk. Yang ada dalam dirinya adalah perasan senang yang mendorongnya untuk mengetahui orang yang mengarahkan dan membimbingnya hingga anak hidup dalam pengaruh orang yang membimbingnya. Apabila pengaruh pembimbing dan pengarah perilakunya tidak ada, maka anak akan tumbuh dalam kebingungan, motivasi, dan kepribadian yang lemah.

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Hafizhohullahmenjelaskan bahwa ayah sebagai penanggung jawab terbesar dalam rumah tangga berkewajiban mendidik keluarga serta putra-putrinya untuk mentaati Allah. Ia berkewajiban menumbuh kembangkan semua anggota kelurganya berdasarkan asas ketaatan kepada Allah. Dan senantiasa untuk mengiringinya dengan doa. Sebab di antara do’a-do’a yang dilantunkan oleh para nabi, adalah do’a khusus untuk kebaikan anak-anak dan keturunananya. (Taujihaat Al-Muhimmah Lisy Syabaabil Ummah, hal. 15-16).

Di rumah peran Ayah ibarat kepala sekolah, dan ibu sebagai guru. Ayah berperan sebagai seorang konseptor yang merancang kurikulum dan ibu sebagai guru pelaksana. Sehingga lahir para alumni yang baik.

16 Feb 2020
Hadi Kurniawan Apt
Hadi Kurniawan Apt Just Cool Just Smile