LEARNING JOURNAL WHOLE OF GOVERNMENT
LEARNING JOURNAL WHOLE OF GOVERNMENT
Program Pelatihan : Pelatihan Dasar CPNS
Angkatan :
Mata Pelatihan : Whole of Government (WoG)
Widyaiswara :
Nama Peserta : Hadi Kurniawan
Nomor Presensi :
Lembaga Penyelenggara Pelatihan : Pusdiklat Pegawai Kemendikbud
A. Pokok
Pikiran
WoG
lahir dilatarbelakangi sebelumnya old public administration (OPA)
mengutamakan keteraturan, penjenjangan atau hirarki di dalam pelaksanaannya
sehingga biroksasi panjang disebut juga birokrasi weber OPA muncul dengan
tokoh-tokoh antara lain Woodrow Wilson dan Max Weber. OPA ada aturan yang rigid
(kaku), ego sektoral (siloisme), Pembagian Tugas, Kedinasan, Hierarki, Dokumen tertulis, Spesialisasi, akuntabel. Sementara
Pita Merah (the red tape state) adalah
istilah yang menunjuk kepada peraturan yang berlebihan atau penerapan terhadap
aturan resmi yang kaku yang dianggap mengurangi produktivitas dan menyebabkan
penundaan pengambilan keputusan. Hal ini biasanya menunjuk ke pemerintah,
perusahaan, dan organisasi besar lainnya. Pita merah biasanya termasuk kegiatan seperti
mengisi dokumen, mendapatkan lisensi, harus melewati beberapa orang atau komite
untuk menyetujui sebuah keputusan yang menyebabkan kegiatan seseorang menjadi lebih
lambat, sulit, atau keduanya. Kemudian model NPM (New Publik Management)
masih terkotak-kotak, terpecah-pecah, ego sektor/mementingkan unitnya
sendiri kemudian melahirkan WoG dengan pendekatan yang menekankan aspek
kebersamaan dan menghilangkan sekat-sekat sektoral yang selama ini
terbangun dalam NPM sehingga menawarkan fleksibilitas, efisiensi, devolusi, dsb. Semula sistem pembagian tugas yang rentan
bekerja berdasarkan persepsi dan kepentinngan masing-masing dan
terkotak-kotak/terfragmentasi digantikan dengan menyelaraskan perbedaan tugas,
masing-masing berkontribusi sehingga mencapai tujuan organisasi/pemerintah
melalui komunikasi, koordinasi dan kolaborasi.
Whole
of Government (WoG) merupakan sebuah pendekatan penyelenggaraan
pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintah dari
keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas dalam
rangka mencapai tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program, dan pelayanan
publik. WoG muncul dari dorongan eksternal: dorongan publik untuk
mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan pelayanan supaya
tercipta penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik. Selain itu, dorongan
internal: adanya fenomena ketimpangan kapasitas sektoral akibat
adanya nuansa kompetisi antar sektor dalam pembangunan serta adanya keberagaman
latar belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta bentuk latar belakang
lainnya yang mendorong terjadinya potensi disintegrasi bangsa. Selain itu,
karena adanya persepsi tentang kehidupan dunia yang semakin tidak aman
dan berbayaha, isu terorisme, radikalisme, perubahan iklim, dan lain
sebagainya.
WoG
memiliki karakteristik pendekatan yang menekankan pelayanan yang
terintegrasi sehingga memiliki rumusan prinsip-prinsip kolaborasi, kebersamaan,
kesatuan tujuan bersama dan mencakup keseluruhan aktor dari seluruh
sektor dalam pemerintahan. WoG menekankan adanya penyatuan keseluruhan (whole)
elemen pemerintahan lintas sektor. WoG dikenal sebagai pendekatan interagency,
yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah instansi yang terkait dengan
urusan-urusan relevan. WoG menunjukkan atau menjelaskan bagaimana instansi
pelayanan publik bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan
bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu tertentu. Pendekatan
WoG ini sudah dikenal dan lama berkembang terutama di negara-negara Anglo-Saxon
seperti Inggris, Australia dan Selandia Baru. Di Inggris, misalnya, ide WoG
dalam mengintegrasikan sektor-sektor ke dalam sutu cara pandang dan sistem
sudah dimulai sejak pemerintahan Partai Buruhnya Tony Blair pada tahun 1990-an
dengan gerakan modernisasi program pemerintahan, dikenal dengan istilah Joined-up
Government.
Beberapa
manfaat WoG adalah meningkatkan efisiensi, adanya sharing
informasi dan lingkungan kerja, meningkatkan daya saing, akuntabilitas serta
koherensi kebijakan, menurunkan biaya, menghindari adanya duplikasi dan
inkonsistensi kebijakan serta menurunkan waktu penyelesaian layanan tertentu, lembaga
atau kementerian dapat fokus pada outcome yang tidak dapat dicapai oleh
K/L sektoral secara sendiri-sendiri. Mendorong pencegahan terhadap masalah yang
mungkin berkembang lebih jauh, implementasi kebijakan tidak hanya melibatkan
satu instansi tetapi lintas instansi, dan membuat pemerintah lebih mampu
menangani tantangan yang kompleks.
Bentuk WoG, Integrating Service Delivery (ISD)
adalah Proses penyatuan pemberian layanan kepada publik; Koordinasi dan Kolaborasi adalah Pemerintah horizontal yang
berkoordinasi atau berkolaborasi dalam mencapai tujuan bersama; Integrating and Rebalancing
Governance
adalah Kontrol politik dan otonomi administrasi seperti di
Inggris; Culture Change adalah Konsep-konsep social
glue (perekat), budaya organisasi. Penerapan
WoG pada kementerian atau lembaga dapat dilihat dalam layanan Integrating
Service Delivery (ISD) atau penyatuan layanan yang diberikan oleh
kementerian atau lembaga kepada publik, koordinasi pemerintah secara
horizontal, kontrol politik dan otonomi admnistrasi seperti yang diterapkan di Inggris,
budaya organisasi sebagai perekat. Best practice penerapan WoG memiliki persyaratan
antara lain: 1) budaya dan pilosofi; 2) cara kerja yang baru; 3)
akuntabilitas dan insentif; dan 4) adanya cara baru dalam pengembangan
kebijakan. Berikut ini beberapa implementasi WoG dalam perspektif kebijakan di
Indonesia:
a.
Hakikat
dasar pelayanan publik, sebagaimana cita-cita yang tertuang dalam Pembukaan UUD
1945.
b. WoG
dalam penyelenggaraan negara, adanya check and balance system antara lembaga
eksekutif, yudikatif, dan legislatif.
c. Dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara, memanfaatkan dan mendayagunakan kemampuan
pemerintah, ASN, dan masyarakat, serta dana dan sumber daya yang tersedia.
d. WoG
antar pemerintah daerah dan pusat.
e. ASN
dan pelayanan publik.
f. WoG
dalam pelayanan publik pada lingkup administrasi pemerintahan.
g. WoG
dalam lingkup penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Banyak yang dapat kita harapkan dapat kita
peroleh dari pembelajaran WoG antara lain kolaborasi, bagaimana membangun
tim, trust antar anggota tim, nilai (values), team building, kerja sama, keterlibatan sektor, trust, value-based management, komunikasi, koordinasi
dan kolaborasi, dan Pembangunan karakter ASN sebagai perekat
dan pemersatu bangsa.
Tantangan praktik WoG
adalah (1) Kapasitas SDM dan institusi-institusi
yang terlibat dalam WoG tidaklah sama. Perbedaan kapasitas ini bisa menjadi
kendala serius ketika pendekatan WoG, misalnya, mendorong terjadinya merger
atau akuisisi kelembagaan, di mana terjadi penggabungan SDM dengan kualifikasi
yang berbeda. Seperti
halnya kapasitas SDM dan institusi, (2) Nilai dan budaya organisasi pun menjadi kendala manakala terjadi upaya kolaborasi sampai dengan
penyatuan kelembagaan; dan Kepemimpinan menjadi salah satu kunci
penting dalam pelaksanaan WoG. Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan
yang mampu mengakomodasi perubahan nilai dan budaya organisasi serta meramu SDM
yang tersedia guna mencapai tujuan yang diharapkan.
Penerapan whole of government dalam
pelayanan yang terintegrasi seperti pelayanan satu atap (One
roof system), pelayanan satu pintu seperti (OSS
dan PTSP Penanaman Modal. Contoh di Indonesia: Pelayanan
bergerak (mobile) seperti SIM
Keliling, Pelayanan
Sertifikat Tanah One Day Service, Pelayanan Online, Portal layanan publik di www.layanan.go.id
(kominfo). Implementasi
whole of government dalam perspektif kebijakan di Indonesia
yakni penanganan Covid 19 di Indonesia tidak
bisa hanya satu pihak saja yang dapat menghentikan persebaran covid 19 yang
sudah menjadi Pandemi. Diperlukan kerjasama dan kemauan dari semua pihak agar
pandemi Covid-19 dapat segera diatasi. Peran Pemerintah di masing-masing Negara
sangat besar dalam hal ini dan juga kerjasama antar negara. Jadi, implementasi
WoG akan sangat besar pada upaya penanganan Covid 19 ini. Berbagai
Langkah kebijakan telah diambil oleh Pemerintah di Indonesia, baik pusat maupun
di daerah. Langkah-langkah tersebut memerlukan koordinasi, kolaborasi atau
kerjasama antar berbagai elemen. Di
Indonesia dibentuk Tim Gugus Tugas Covid-19.
Pelayanan terintegrasi: (1) Penguatan koordinasi antar
lembaga, Mengurangi
jumlah lembaga yang ada sampai mendekati jumlah yang ideal untuk sebuah
koordinasi. Dengan jumlah lembaga yang rasional, maka koordinasi dapat
dilakukan lebih mudah; (2) Membentuk lembaga
koordinasi khusus, Pembentukan lembaga terpisah dan permanen yang
bertugas dalam mengkoordinasikan sektor atau kementerian adalah salah satu cara
melakukan WoG; (3) Membentuk gugus tugas, Gugus tugas merupakan bentuk pelembagaan
koordinasi yang dilakukan di luar struktur
formal, yang sidatnya tidak permanen; (4) Koalisi sosial, Koalisi sosial ini merupakan bentuk informal
dari penyatuan koordinasi antar sektor atau lembaga, tanpa perlu membentuk
pelembagaan khsus dalam koordinasi ini.
Profil Tokoh
H. Sutarmidji, S.H., M.Hum. adalah Gubernur Kalimantan barat periode 2018-2023 yang sebelumnya menjabat Wali Kota Pontianak. Di bawah kepemimpinannya sebagai Wali kota, dia berhasil membuat banyak kemajuan pembangunan kota, terutama di bidang infrastruktur. Sutarmidji menekankan pada perbaikan-perbaikan fasilitas dan pelayanan, di antaranya: (1) pelebaran jalan-jalan utama; (2) perbaikan lebih dari seribu rumah yang tak layak huni; (3) pembangunan kembali pasar-pasar tradisional dan sekolah-sekolah negeri; (4) perbaikan gang dan saluran air; (5) meningkatkan kualitas puskesmas; (6) pembangunan RSUD baru yang menerapkan sistem rumah sakit tanpa kelas; (7) pembangunan dan penataan taman-taman publik seperti Taman Alun Kapuas dan Taman Digulis. Di bidang birokrasi, demi mempercepat pelayanan, Sutarmidji menerapkan Pelayanan Satu Atap dalam mengurus perizinan. Jumlah perizinan pun dipangkas dari yang sebelumnya 99 jenis izin hingga menjadi hanya 14 jenis perizinan. Transparansi juga dikedepankan dengan mempublikasikan APBD Kota Pontianak serta penggunaan dana Bantuan Sosial melalui koran maupun situs Pemkot Pontianak. Sejak tahun 2011, Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Pontianak selalu mendapat predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK. Pada tahun 2015, Kota Pontianak dianugerahi predikat pelayanan publik terbaik se-Indonesia oleh OMBUDSMAN RI (ORI). Sampai saat ini sudah 231 Penghargaan yang diraihnya baik tingkat Nasional maupun Internasional. Penghargaan bergengsi yang pernah diraih Sutarmidji adalah Wali kota Terbaik Tahun 2017 oleh Kementerian Dalam Negeri. Di masa awal kepemimpinannya, tak lama ia menjabat gubernur, ia berhasil menambah APBD Kalbar dari Rp 5,3 triliun menjadi Rp 5,9 triliun. Hal yang pertama akan disentuhnya ialah soal jalan dan infrastruktur. Tokoh Sutarmidji telah menerapkan nilai-nilai dasar ASN dalam tugasnya yaitu nilai Komitmen Mutu menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien. Tercermin kebijakannya yang berdampak besar pada kesejahteraan masyarakat yaitu perbaikan-perbaikan fasilitas dan pelayanan.
B.
Penerapan
Whole
of government di perguruan tinggi. Sejalan dengan fungsi perguruan
tinggi dalam pelayanan publik, sudah seharusnya whole of government ini
diterapkan dalam memberikan layanan. Sejauh ini penerapan WoG di perguruan
tinggi masih sebatas memberikan pelayanan yang terpusat bagi mahasiswa, dosen,
dan alumni yang berbasis teknologi informasi. Layanan bagi mahasiswa antara
lain integrasi pelayanan akademik dan kemahasiswaan dalam satu pintu pada
Gedung Biro akademik kemahasiswaan perencanaan dan kerjasama. Layanan berbasis
teknologi informasi pada sistem informasi akademik (SIAKAD) dimana
mahasiswa dengan mudah mengakses layanan yang tersedia seperti melihat prestasi
akademik, jadwal perkuliahan, monitoring kehadiran, informasi skripsi dan
khusus untuk alumi terdapat layanan tracking ijazah. Sedangkan untuk dosen,
terdapat sistem informasi yang dapat digunakan untuk managemen kebutuhan
dosen mulai dari pengurusan beban kerja dosen, sistem remunerasi, absensi.
Selain itu, untuk manajemen perkuliahan terdapat aplikasi sistem informasi
dosen yang berisi beberapa fasilitas terkait pengajaran, absensi mahasiswa, dan
pembimbingan akademik. Kemudian peluncuran Aplikasi SILAT Fakultas Kedokteran
Untan. SILAT adalah Sistem Pelayanan Administrasi Persuratan Terpadu
Berbasis Digital untunk meningkatkan mutu layanan mahasiswa Fakultas Kedokteran
Untan seperti surat-menyurat, permohonan beaiswa, dll. Hal ini mendukung visi
dan misi Rektor Untan digitalisasi kampus, Membangun Ekosistem Digital dan Inovasi Menuju
Universitas Siber.
Sebagai
dosen, penerapan whole of government mengacu kepada tugas kita dalam
pelaksanaan tridharma perguruan tinggi. Pada bidang Pendidikan dan
pengajaran, proses pembelajaran di kelas dilaksanakan dengan menggunakan blended
learning atau full e-learning apalagi dengan kondisi pandemi
covid-19 dengan memanfaatkan e-learning. Semua proses pembelajaran telah
terintegrasi mulai dari pemberian bahan ajar, video conference, forum
diskusi/live chat, tugas/asssignment, dan kuis. Sehingga mahasiswa dapat
dengan mudah mengakses materi pembelajaran, mengerjakan tugas atau kuis, dan
mengetahui hasil penilaian dalam satu aplikasi. Sedangkan pada kegiatan penelitian
dan pengabdian pada masyarakat sebagai dosen kita dapat melakukan komunikasi,
koordinasi, kolaborasi dan kerjasama penelitian dengan program studi atau
fakultas lain dalam satu universitas, atau melakukan kerjasama dengan
universitas lain dan industri baik di dalam maupun luar negeri. Kerjasama
tersebut tentunya dapat meningkatkan kualitas penelitian dan pengabdian pada
masyarakat yang kita miliki serta meningkatkan jumlah artikel pada prosiding
dan jurnal berskala internasional sehingga dapat meningkatkan rangking unit
kerja kita dan meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk mempercayakan anaknya
dididik di perguruan tinggi kita.
ReplyDeletePoker online dengan presentase menang yang besar
ayo segera bergabung bersama kami di AJOQQ :D
WA : +855969190856