Tips Kuliah Mahasiswa Millennial dan Tantangan Bagi Pendidik Generasi
Tips Kuliah Mahasiswa Milenial dan
Tantangan Bagi Pendidik Generasi
Hadi
Kurniawan_28 Desember 2019
Karakter
generasi milenial
Kaum
Millennial adalah mereka generasi muda yang terlahir antara tahun 1980an sampai
2000. Kaum Millennial terlahir dimana dunia
modern dan teknologi canggih diperkenalkan publik. Milenial lahir disaat industri
hiburan mulai terpengaruh oleh internet dan perangkat seluler.
Awal
2016 Ericsson mengeluarkan 10 Tren Consumer Lab untuk memprediksi beragam keinginan
konsumen. Laporan Ericsson lahir berdasarkan wawancara kepada 4.000 responden
yang tersebar di 24 negara dunia. Dari 10 tren tersebut beberapa di antaranya,
adalah adanya perhatian khusus terhadap perilaku generasi
millennial.
Dalam
laporan tersebut Ericsson mencatat, produk
teknologi akan mengikuti gaya hidup masyarakat millennial. Sebab,
pergeseran perilaku turut berubah beriringan dengan teknologi. "Produk
teknologi baru akan muncul sebagai akomodasi perubahan teknologi," ujar
Presiden Director Ericsson Indonesia Thomas Jul.
Sepanjang
tahun ini, beberapa prediksi yang disampaikan Ericsson berhasil terbukti. Salah
satunya, perilaku Streaming Native
yang kini kian populer.
Jumlah
remaja yang mengonsumsi layanan streaming video kian tak terbendung. Ericsson
mencatat, hingga 2011 silam hanya ada sekitar tujuh persen remaja berusia 16 -
19 tahun yang menonton video melalui Youtube. Rata-rata mereka
menghabiskan waktu di depan layar perangkat mobile sekitar tiga jam sehari.
Angka
tersebut melambung empat tahun kemudian menjadi 20 persen. Waktu yang
dialokasikan untuk menonton streaming juga meningkat tiga kali lipat. Fakta
tersebut membuktikan, perilaku generasi millennial sudah tak bisa dilepaskan
dari menonton video secara daring (dalam
jaringan / online).
Teknologi
juga membuat para generasi internet tersebut mengandalkan media sosial sebagai tempat
mendapatkan informasi. Saat ini, media sosial telah menjadi platform
pelaporan dan sumber berita utama bagi masyarakat.
The Nielsen Global
Survey of E-commerce
juga melakukan penelitian terhadap pergeseran perilaku belanja para generasi
internet. Penelitian dilakukan berdasar penetrasi internet di beberapa negara. Nielsen
melakukan riset terhadap 30 ribu responden yang memiliki akses internet
memadai. Responden tersebut berasal dari 60 negara di Asia Pasifik, Eropa,
Amerika Latin dan Utara, serta Timur Tengah.
Studi
tersebut menggambarkan perilaku generasi akrab internet ini memilih jalur daring untuk meneliti dan
membeli beragam produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Nielsen mencatat, pertumbuhan penetrasi perangkat mobile di kota-kota besar
Indonesia mencapai 88 persen.
Karakteristik Milenial
berbeda-beda berdasarkan wilayah dan kondisi sosial-ekonomi. Namun, generasi
ini umumnya ditandai oleh peningkatan
penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital.
Pada
tahun 2012, seperti dikutip livescience.com dari USA Today, ada sebuah studi
yang menunjukkan bahwa generasi millenial lebih terkesan individual, cukup mengabaikan masalah politik, fokus pada nilai-nilai
materialistis, dan kurang peduli untuk membantu sesama jika dibandingkan
dengan generasi X dan generasi baby boom pada
saat usia yang sama. Studi ini sendiri berdasarkan analisis terhadap dua
database dari 9 juta orang yang duduk di bangku SMA atau yang baru masuk
kuliah.
Generasi
ini bila dilihat dari sisi negatifnya, merupakan pribadi yang pemalas, narsis, dan suka sekali melompat dari satu
pekerjaan ke pekerjaan yang lain.
Akan
tetapi, di sisi lain mereka memiliki sisi positif. Antara lain adalah generasi
millenial merupakan pribadi yang pikirannya
terbuka, pendukung kesetaraan hak
(misalnya tentang LGBT atau kaum minoritas, red. kebebasan yang liberal ini juga bisa jadi hal negatif karena kebebasan tanpa bingkai syariat). Mereka juga memiliki rasa percaya diri yang bagus, mampu mengekspresikan perasaannya, pribadi liberal, optimis, dan menerima ide-ide dan cara-cara hidup.
Majalah
Time sempat mengadakan polling yang hasilnya menunjukkan bahwa generasi ini menginginkan
jadwal kerja yang fleksibel, lebih
banyak memiliki 'me time' dalam pekerjaan, dan terbuka pada saran dan kritik, termasuk nasihat karier dari pimpinannya.
Seperti apa gaya belajar mereka generasi milenial?
1. Suka belajar berkelompok, Berbeda dari
generasi sebelumnya, para millennials
lebih suka belajar secara berkelompok dibanding belajar secara individu. Mereka
menyukai aktivitas pemecahan masalah dalam kelompok kecil.
2. Memanfaatkan teknologi dalam kegiatan belajar, tentu saja teknologi merupakan suatu hal yang amat akrab
dengan kehidupan seorang millennials.
Oleh sebab itu, mereka juga sebisa mungkin akan menggunakan teknologi saat
belajar. Contoh paling sederhana adalah dengan melakukan browsing internet saat
belajar atau mengerjakan tugas.
3. Menyukai experiential
learning, Experiential learning merupakan
metode ajar di mana siswa belajar dari pengalaman. Jadi, guru tidak lagi hanya
mengajar teori tetapi juga mengajak siswa untuk praktik.mDengan demikian siswa
lebih aktif dan mendapat tambahan ilmu dari pengalamannya.
Bagaimana
seharusnya mahasiswa milenial ???
Rasa
penasaran dan keingintahuan tinggi tidak dibarengi dengan semangat berliterasi, minat
baca yang berkurang cenderung hanya ingin mencari info cepat sumber tidak
kredibel sehingga rawan hoax karena budaya literasi serta klarifikasi isi dan
sumber informasi rendah. Maka mahasiswa milenial harus mengimbangi kondisi ‘zaman now’ dengan meningkatkan minat baca dan semangat berliterasi.
Jika
menemui suatu kesulitan jangan berhenti.
Teruslah bergerak walaupun sedikit,
perlahan, bahkan merangkak namun yakinlah bahwa diantara kesulitan ada
kemudahan serta solusi. Mahasiswa milenial tak cukup mengandalkan teknologi,
karna tanpa kekuatan iman dan takwa
kepada Allah akan menjadi kebablasan teknologi, bahkan kecerdasannya
digunakan untuk “minter-minterin”, keahliannya justru untuk menghasilkan
kemudharatan alih-alih memberikan manfaat dan kemaslahatan bagi ummat dan
dunia. Ibarat pisau tergantung berada di tangan siapa berada, bisa memberi manfaat
di tangan chef dan mudharat di tangan penjahat.
Generasi
milenial yang sudah terbiasa dengan dunia
modern, produk teknologi canggih, teknologi digital, jaringan internet,
komunikasi dan interaksi melalui media sosial di dunia maya akan mempengaruhi dan mengikuti gaya hidup
masyarakat milenial.
Generasi
milenial terbiasa dengan akses cepat, serba instan, membuat kadang malas untuk beproses,
ingin hasil cepat dan segera. Selain itu, jarang berinteraksi langsung karena
semua bisa tergantikan dengan akses media sosial. Maka mahasiswa milenial
mestinya tidak melupakan silaturahim, tatap muka berinteraksi dan komunikasi
secara langsung, karna tidak semua bisa digantikan teknologi. Pertemuan
akan mengikat hati lebih kuat karna adanya interaksi dan peran emosional serta
psikologis yang saling terikat. Akibat kurang berinteraksi membuat kita kurang memahami
keadaan diri, orang lain dan lingkungan. Perlu dibangun selain kecerdasan
intelektual, juga kecerdasan emosional, spiritual serta social quotient (kecerdasan social).
Banyak cara untuk menyambung tali silaturahmi. Misalnya dengan
cara saling berziarah (berkunjung), saling memberi hadiah, atau dengan
pemberian yang lain. Sambunglah silaturahmi itu dengan berlemah lembut,
berkasih sayang, wajah berseri, memuliakan, dan dengan segala hal yang sudah
dikenal manusia dalam membangun silaturahmi. Dengan silaturahmi, pahala yang
besar akan diproleh dari Allah Azza wa Jalla. Silaturahim menyebabkan seseorang
bisa masuk ke dalam surga. Silaturahim juga menyebabkan seorang hamba tidak
akan putus hubungan dengan Allah di dunia dan akhirat.
Disebutkan
dalam Shahîh al-Bukhâri dan Shahîh Muslim, dari Abu Ayyûb al-Anshârî:
“Bahwasanya ada seseorang berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam : “Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang sesuatu yang bisa
memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka,” maka Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh dia telah diberi taufik,” atau
“Sungguh telah diberi hidayah, apa tadi yang engkau katakan?” Lalu orang itupun
mengulangi perkataannya. Setelah itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan
sesuatu pun, menegakkan shalat, membayar zakat, dan engkau menyambung
silaturahmi”. Setelah orang itu pergi, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Jika dia melaksanakan apa yang aku perintahkan tadi, pastilah dia
masuk surga”.
Silaturahmi juga merupakan faktor yang dapat menjadi penyebab umur
panjang dan banyak rizki. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan
umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi”. [Muttafaqun ‘alaihi].
Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ar-rahim itu tergantung di Arsy. Ia berkata: “Barang siapa yang
menyambungku, maka Allah akan menyambungnya. Dan barang siapa yang memutusku,
maka Allah akan memutus hubungan dengannya”. [Muttafaqun ‘alaihi].
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa
menyambung silaturahmi lebih besar pahalanya daripada memerdekakan seorang
budak. Dalam Shahîh al-Bukhâri, dari Maimûnah Ummul-Mukminîn, dia berkata:
“Wahai Rasulullah, tahukah engkau bahwa aku memerdekakan budakku?”
Nabi bertanya, “Apakah engkau telah melaksanakannya?” Ia menjawab, “Ya”. Nabi
bersabda, “Seandainya engkau berikan budak itu kepada paman-pamanmu, maka itu
akan lebih besar pahalanya”.
Yang amat disayangkan, ternyata ada sebagian orang yang tidak mau
menyambung silaturahmi dengan kerabatnya, kecuali apabila kerabat itu mau
menyambungnya. Jika demikian, maka sebenarnya yang dilakukan orang ini bukanlah
silaturahmi, tetapi hanya sebagai balasan. Karena setiap orang yang berakal
tentu berkeinginan untuk membalas setiap kebaikan yang telah diberikan
kepadanya, meskipun dari orang jauh.
Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Orang yang menyambung silaturahmi itu, bukanlah yang menyambung
hubungan yang sudah terjalin, akan tetapi orang yang menyambung silaturahmi
ialah orang yang menjalin kembali hubungan kekerabatan yang sudah terputus”.
[Muttafaqun ‘alaihi].
Oleh karena itu, sambunglah hubungan silaturahmi dengan
kerabat-kerabat kita, meskipun mereka memutuskannya. Sungguh kita akan
mendapatkan balasan yang baik atas mereka.
Diriwayatkan,
telah datang seorang lelaki kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
berkata:
“Wahai Rasulullah, aku mempunyai kerabat. Aku menyambung hubungan
dengan mereka, akan tetapi mereka memutuskanku. Aku berbuat baik kepada mereka,
akan tetapi mereka berbuat buruk terhadapku. Aku berlemah lembut kepada mereka,
akan tetapi mereka kasar terhadapku,” maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila engkau benar demikian, maka seakan engkau menyuapi mereka pasir panas,
dan Allah akan senantiasa tetap menjadi penolongmu selama engkau berbuat
demikan.” [Muttafaq ‘alaihi].
Begitu
pula firman Allah Ta’ala:
“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan
teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan
mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan
bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam)”. [ar-Ra’d/13:25].
Dari
Jubair bin Mut’im bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
“Tidaklah masuk surga orang yang suka memutus, ( memutus tali
silaturahmi)”. [Mutafaqun ‘alaihi].
Memutus tali silaturahmi yang paling besar, yaitu memutus hubungan
dengan orang tua, kemudian dengan kerabat terdekat, dan kerabat terdekat
selanjutnya. Oleh karena itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
”Maukah kalian aku beritahu tentang dosa terbesar di antara
dosa-dosa besar?” Beliau mengulangi pertanyaannya sebanyak tiga kali. Maka para
sahabat menjawab: ”Mau, ya Rasulullah,” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: ”Berbuat syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua”.
Wahai
mahasiswa milenial, jangan terlena dengan zona nyaman, serba serbi kecanggihan
teknologi, ketika kita tak bisa mengimbangi justru kita akan tergerus arus
teknologi. Jadilah pribadi punya karakter
baik dan holistic yakni secara keseluruhan adalah sebuah kesatuan penting
dari bagian-bagian yang membentuknya, menjadi pribadi milenial harus memiliki kecerdasan intelektual, emosional,
spiritual dan juga sosial.
Wahai
mahasiswa milenial temukan alasan
mengapa anda harus kuliah, harus belajar sehingga anda punya motivasi diri.
Tentukan
arah/tujuan anda, apa niat anda,
azamkan niat anda dan kuatkan kembali, berdayakan kemampuan dan keahlian,
gunakan skill dan strategi untuk menggapai
niat dengan aksi nyata agar tidak
hanya mimpi dan ilusi, tak lupa terus mengevaluasi
dan muhasabah diri, lalu berkomitmen
kuatlah untuk tetap bertahan hingga garis finish.
Hadapi,
hayati dan nikmati proses.
Saat
ini tahun 2019 generasi Y atau kaum milleniallszaman now yang lahir paling lama
awal tahun 2000 artinya mereka baru saja lulus SMA dan awal mengenyam
pendidikan di bangku kuliah. Penting untuk mengetahui karakter kecenderungan
generasi bagi para pendidik agar dapat menyesuaikan teknik mengajar sehingga
proses pendidikan lebih bermanfaat bagi semua pihak terutama peserta didik.
Jangan
sampai kita yang seorang pendidik sebagian yang termasuk generasi dibawahnya
yaitu generasi X, atau di bawahnya generasi baby
boomers bahkan dibawahnya lagi generasi traditionalist
menganggap peserta didik yang generasi Y alias millennial juga bisa belajar
dengan gaya kita. Sekarang kita pendidik generasi harus
menjadi fasilitator di kelas dan lebih
menghadapi mereka sesuai dengan gaya belajar generasi Y.
Jadikan itu sebagai tantangan. Selanjutnya bersiaplah menghadapi
generasi Z. Generasi Z merupakan julukan bagi
orang-orang yang lahir di tahun 2000 ke atas. Banyak yang beranggapan bahwa
generasi ini di masa hidupnya telah mengalami banyak kejadian buruk. Oleh sebab
itu, orang tua dari generasi termuda saat ini tersebut sangat protektif
terhadap mereka. Bagi Generasi Z, perjalanan pendidikan mereka masih cukup
panjang.
Berikut ini adalah gaya belajar mereka.
1. Menyukai metode belajar
learning by doing,
mirip seperti generasi sebelumnya, Generasi Z lebih
menyukai metode belajar learning
by doing. Mereka lebih suka berkesperimen atau melakukan praktik
dibanding duduk di kelas saja. Maka dari itu, guru-guru jadi harus bisa semakin
kreatif dalam mengajar.
2. Bisa mengerjakan banyak
hal dalam satu waktu, generasi Z termasuk generasi
yang bisa mengerjakan beragam tugas dalam satu waktu alias multitasking. Jangan heran
lagi jika seseorang dari generasi Z bisa mempelajari banyak hal sekaligus.
Sudah banyak bukti dari generasi Z yang multitalenta.
3. Membutuhkan tujuan yang
jelas di awal pelajaran dan feedback
yang cepat, sebelum belajar, generasi Z
harus mengetahui apa saja topik yang akan ia pelajari dan hasil seperti apa
yang diharapkan dari aktivitas belajar tersebut. Selain itu, guru-guru dari
generasi Z juga harus sigap dalam memberikan feedback
untuk siswanya. Dari kedua hal ini, mereka membutuhkan
pengawasan yang cukup intensif dari fasilitator belajarnya.
Bahkan
kelahiran diatas 2010 disebut generasi alfa. Wah… Teruslah berproses… terutama
tantangan bagi para pendidik generasi…
Numpang promo ya Admin^^
ReplyDeleteingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat
ayo segera bergabung dengan kami di ionpk.club ^_$
add Whatshapp : +85515373217 || ditunggu ya^^
ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
ReplyDeletehanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
terimakasih ya waktunya ^.^
Thanks infonya. Oiya ngomongin milenial, ternyata ada loh beberapa masalah keuangan yang kerap menghantui generasi tersebut. Apa aja itu? Cek selengkapnya di sini ya: Hati-hati, masalah keuangan ini hantui generasi milenial
ReplyDelete