Adab terhadap Guru: Hakikat Kesuksesan dan Potensi Kesombongan
Adab terhadap Guru: Hakikat Kesuksesan dan Potensi Kesombongan
Iman sebelum Adab, pelajari Adab sebelum Ilmu dan Ilmu sebelum Amal.
Imam Malik pernah berkata,
“Dulu ibuku menyuruhku untuk duduk bermajelis dengan Robi’ah Ibnu Abi ‘Abdirrahman -seorang fakih di kota Madinah di masanya-
Ibuku berkata, *تعلم من أدبه قبل علمه*
“Pelajarilah ADAB darinya sebelum mengambil ilmunya.”
Mari sama-sama kita tundukkan hati dan ikhlas berdoa
اللَّهُمَّ
اهْدِنِى لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ لاَ يَهْدِى لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ
وَاصْرِفْ عَنِّى سَيِّئَهَا لاَ يَصْرِفُ عَنِّى سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ
“Allahummahdinii
li ahsanil akhlaaqi laa yahdi li-ahsanihaa illa anta, washrif ‘anni
sayyi-ahaa, laa yashrif ‘anni sayyi-ahaa illa anta”
“Ya
Allah, tunjukilah padaku akhlak yang baik, tidak ada yang dapat
menunjukinya kecuali Engkau. Dan palingkanlah kejelekan akhlak dariku,
tidak ada yang memalingkannya kecuali Engkau”
(HR. Muslim no. 771, dari ‘Ali bin Abi Tholib)
"Belajarlah
kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormtilah guru-gurumu,
serta berlaku baiklah terhadap org-orang yang mengajarkanmu" (HR.
Tabrani)
"Siapa yang
keluar (dari rumah) dalam rngka menntut ilmu, maka ia itu termasuk jihad
fi sbilillah sampai ia kembali/pulang (HR. Tirmidzi)
"Dari
Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah saw bersabda: Barang siapa yg
menempuh perjalanan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan
memudahkan jalannya menuju surga" (HR. Muslim)
"Barangsiapa tidak mau merasakan pahitnya belajar, ia akan mersakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya" (Imam Syafi'i)
Sehingga
Allah tinggikan beberapa derajat orang yang berilmu dan beriman... (Q.S. Al Mujadilah:11)
Sukses? Kaya? Disyukuri..
Jangan sombong. Tidak ada kekayaan yang abadi di dunia ini.
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan hakikat kesombongan
dalam hadits beliau Shallallahu ‘alaihi wa salllam,
الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” [H.R. Muslim, no. 2749, dari ‘Abdullah bin Mas’ûd]
Sikap
sombong adalah memandang dirinya berada di atas kebenaran dan merasa
lebih di atas orang lain. Orang yang sombong merasa dirinya sempurna dan
memandang dirinya berada di atas orang lain. (Bahjatun Nadzirin, I/664,
Syaikh Salim al Hilali, cet. Daar Ibnu Jauzi)
Islam Melarang dan Mencela Sikap Sombong
Allah Ta’ala berfirman,
وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَ تَمْشِ فِي اللأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَجُوْرٍ {18}
“Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS.
Luqman:18)
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ
“Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan diri.” (QS. An Nahl: 23)
Haritsah bin Wahb Al Khuzai’i berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ قَالُوا بَلَى قَالَ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ
“Maukah
kamu aku beritahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah
orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan takabbur(sombong).“
(HR. Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853).
TAUKAH KAMU???
DOSA PERTAMA IBLIS
Sebagian salaf menjelaskan bahwa dosa pertama kali yang muncul kepada Allah adalah kesombongan. Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لأَدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الكَافِرِينَ {34}
“Dan
(ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kalian
kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan TAKABUR
(SOMBONG) dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir“ (QS. Al
Baqarah:34)
Qotadah
berkata tentang ayat ini, “Iblis hasad kepada Adam ‘alaihis salaam
dengan kemuliaan yang Allah berikan kepada Adam. Iblis mengatakan, “Saya
diciptakan dari api sementara Adam diciptakan dari tanah”. Kesombongan
inilah dosa yang pertama kali terjadi . Iblis sombong dengan tidak mau
sujud kepada Adam” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/114, cet al Maktabah at
Tauqifiyah)
HAKEKAT KESOMBONGAN
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
لَا
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ
كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ
حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ
الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Tidak
akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan
sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan
seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab,
“Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah
menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim no. 91)
An
Nawawi rahimahullah berkata, “Hadist ini berisi larangan dari sifat
sombong yaitu menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka,
serta menolak kebenaran” (Syarah Shahih Muslim Imam Nawawi, II/163, cet.
Daar Ibnu Haitsam)
Kesombongan
ada dua macam, yaitu sombong terhadap al haq dan sombong terhadap
makhluk. Hal ini diterangkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
pada hadist di atas dalam sabda beliau, “sombong adalah menolak
kebenaran dan suka meremehkan orang lain”. Menolak kebenaran adalah
dengan menolak dan berpaling darinya serta tidak mau menerimanya.
Sedangkan meremehkan manusia yakni merendahkan dan meremehkan orang
lain, memandang orang lain tidak ada apa-apanya dan melihat dirinya
lebih dibandingkan orang lain. (Syarh Riyadus Shaalihin, II/301, Syaikh
Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin, cet Daar Ibnu Haitsam)
Gantilah sifat sombongmu dengan TAWADHU'
Kebalikan
dari sikap sombong adalah sikap tawadhu’ (rendah hati). Sikap inilah
yang merupakan sikap terpuji, yang merupakan salah satu sifat ‘ibaadur
Rahman yang Allah terangkan dalam firman-Nya,
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
“Hamba-hamba
Tuhan Yang Maha Pengasih adalah orang-orang yang berjalan di atas muka
bumi dengan rendah hati (tawadhu’) dan apabila orang jahil menyapa
mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” (QS. Al Furqaan: 63)
Diriwayatkan dari Iyadh bin Himar radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ
‘Sesungguhnya
Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap rendah hati hingga tidak
seorang pun yang bangga atas yang lain dan tidak ada yang berbuat
aniaya terhadap yang lain” (HR Muslim no. 2865).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا
نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ
إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ.
“Sedekah
itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf
kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaan untuknya. Dan
tidak ada orang yang tawadhu’ (merendahkan diri) karena Allah,
melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim no. 2588)
Sikap tawadhu’ inilah yang akan mengangkat derajat seorang hamba, sebagaimana Allah berfirman,
دَرَجَاتٍ الْعِلْمَ أُوتُوا وَالَّذِينَ مِنكُمْ آمَنُوا الَّذِينَ اللَّهُ يَرْفَعِ
“Niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan
orang-orang yang berilmu beberapa derajat “ (QS. Al Mujadilah: 11).
Termasuk
buah dari lmu yang paling agung adalah sikap tawadhu’. Tawadhu’ adalah
ketundukan secara total terhadap kebenaran, dan tunduk terhadap perintah
Allah dan rasul-Nya dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan
disertai sikap tawdahu’ terhadap manusia dengan bersikap merenadahkan
hati, memperhatikan mereka baik yang tua maupun muda, dan memuliakan
mereka. Kebalikannya adalah sikap sombong yaitu menolak kebenaran dan
rendahkan manusia. (Bahjatu Qulubil Abrar, hal 110)
KESOMBONGAN YANG PALING BURUK
Al
Imam Adz Dzahabi rahimahullah berkata, “Kesombongan yang paling buruk
adalah orang yang menyombongkan diri di hadapan manusia dengan ILMUnya,
merasa dirinya besar dengan kemuliaan yang dia miliki. Bagi orang
tersebut tidak bermanfaat ilmunya untuk dirinya. Barangsiapa yang
menuntut ilmu demi akhirat maka ilmunya itu akan menimbulkan hati yang
khusyuk serta jiwa yang tenang. Dia akan terus mengawasi dirinya dan
tidak bosan untuk terus memperhatikannya, bahkan setiap saat dia selalu
introspeksi dan meluruskannya. Apabila dia lalai dari hal itu, dia akan
menyimpang dari jalan yang lurus dan akan binasa. Barangsiapa yang
menuntut ilmu untuk membanggakan diri dan meraih kedudukan, memandang
remeh kaum muslimin yang lainnya serta membodoh-bodohi dan merendahkan
mereka, maka hal ini merupakan kesombongan yang paling besar. Tidak akan
masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun
hanya sebesar dzarrah (biji sawi). Laa haula wa laa quwwata illaa
billah.” (Al Kabaa’ir ma’a Syarh li Ibni al ‘Utsaimin hal. 75-76, cet.
Daarul Kutub ‘Ilmiyah.)
No comments for "Adab terhadap Guru: Hakikat Kesuksesan dan Potensi Kesombongan"
Post a Comment