“ Menghimpun Bekal Pernikahan ”
“ Menghimpun Bekal Pernikahan ”
Hadi Kurniawan, S.Farm., Apt.
Visi
Pernikahan:
“Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras,
yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
[At
Tahriim:6]
Pernikahan adalah perjalanan panjang,
berat dan melelahkan sehingga perlu bekal.
Sudah siap menikah?
Bekal apa yang disiapkan?
Apa sulitnya menyiapkan perbekalan itu?
“Pernikahan mungkin berlandaskan cinta, namun tidak semua
keperluan selamanya dipenuhi dengan cinta saja”
“Boleh jadi hari ini kita tinggal bersama orang tua/mertua,
bagaimana kita berbangga menjadi kepala keluarga jika di dalam rumah kekuasaan
masih ada kepala keluarga selain kita”
“Rumah kecil, besar disyukuri, besar kecil bukan standar
bahagia atau tidaknya keluarga, apa guna rumah luas jika hati seluas piring”
Alangkah
bodohnya ketika seorang suami hanya memberikan cinta tanpa menafkahi. Bukankah
ketika cinta ia harusnya memberikan kebahagiaan dan penjaminan termasuk
nafkahnya? Cinta bukanlah khayalan dan fotamorgana, namun cinta adalah
kenyataan dan fakta yang harus dihadapi didepan mata.
5
Bekal Utama:
1. Persiapan
Ruhiyah (Isti’dadi ar-ruhi)
Miliki satu niat
murni dan lurus dalam pernikahan, untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah
dan penuh keikhlasan, hingga Allah ridho. Dengan niat ini kita yakin Allah
memberikan yang terbaik sebagaimana An-Nur:
26 yang baik akan mendapat yang baik juga. Tentunya melalui jalan usaha
kita memperbaiki diri, kualitas ibadah, dan pemurnian hati. Bekal ruhiyah,
bagaimana hubungan kita dengan Allah, kematangan, maknawi, akhlak, ubudiyah dan
keikhlasan.
Cinta bukanlah pasif, cinta adalah energi yang butuh pengorbanan
dan kerja keras untuk meraihnya, butuh keikhlasan dan jernihnya hati, butuh
penyerahan diri pada pemilik cinta hakiki.
a. Ada’ul
wajibat
Ibadah
(hablumminallah)
Koreksi
diri sejauh mana melaksanakan perintah (kewajiaban) Allah, bagaimana
kualitasnya dan keikhlasannya.
b. Muwadlibah
fil ‘ibadah
Terus
menerus melakukan sesuatu perilaku yang Allah ridho, tidak hany sebatas ibadah
dalam arti sempit seperti shalat, puasa, tapi dalam arti luas.
c. Taqarun
ilallah
Mendekatkan
diri kepada Allah.
d. Muraqabatullah
Segala
perbuatan kita “merasa diawasi Allah”.
e. Ikhlas
fil ‘amal
Ikhlas
adalah melakukan atau tidak melakukan segala sesuatu karena Allah.
Melakukan kebaikan karena manusia adalah riya.
Tidak jadi melakukan kebaikan karena manusia adalah syirik.
Kekuatan
beramal dari keikhlasan beramal. Kaitkan semua peristiwa dengan Allah, meyakini
pasti ada scenario indah dan jangan menyesal setelah tawakal.
f. Muhasabatu
an-nafs
Merenungkan
diri atas kebaikan maupun kemaksiatan yang telah dilakukan.
g. Ijtinatul
ma’ashi
Menjaga
untuk tidak bermaksiat, menjauhi baik maksiat tempat, perbuatan, maupun orang
yang berbuat maksiat.
“Semoga
dengan menikah menjadiokan kita lebih bertaqwa, untuk apa menikah jika semakin tidak
bertaqwa???”
2. Psikologi
(Isti’dadi as-sikuluji)
a. Memantapkan
dan meluruskan niat
1)
Nikah
karena bagian dari ibadah
2)
Tidak
semata-mata mengedepankan nafsu biologis
3)
Pernikahan
bukan ajang coba-coba (menjajaki)
b. Citra
diri yang positif (optimism)
1)
Semua
yang diperintahkan Allah adalah yang baik
2)
Memantapkan
diri kita mampu memimpin rumah tangga
3)
Saya
orangnya baik, setia, bertanggung jawab dan harmonis
c. Mengenal
karakter pribadi
d. Komitmen
terhadap pilihan
e. Memahami
pasangan, baik kelebihan maupun kekurangan pasangan
Pasangan kita bukan orang yang sempurna tapi kita bisa
menerimanya dengan sempurna.
Komitmenlah terhadap pilihan dan fahamilah pasangan.
3. Persiapan
Ilmu (Isti’dadi al-‘ilmi)
Persiapan ilmu dan kefahaman diperlukan untuk mempersiapkan
dan mnyelaraskan perbedaan pandangan yang akan ditemui sehingga dengan ilmu
yang cukup, diharapkan dapat menghindarkan dari pertengkaran dan pertikaian
serta adanya saling pengertian antara satu dengan lainnya.
a. Qiro’atul
kutub
1)
Ilmu
agama / tauhid
2)
Ilmu
social kemasyarakatan/networking/diplomasi
3)
Ilmu
fiqh
4)
Akhlak
5)
Enterpreuner,
motivator, dll
6)
Muamalah
7)
Tafsir
8)
Bahasa
arab/asing
9)
Ilmu
dunia
10) Ilmu merayu istri, heheheh
b. Majelis
ta’lim
c. Muallim
d. Mustasyar/konsultan
4. Persiapan
Materi (isti’dadi al-maddi)
Hitung keperluan berumah tangga perbulan:
a.
Biaya
sakan/papan
b.
Biaya tha’am/pangan (makan)
c.
Biaya
sandang/pakaian
d.
Pengadaan
barang rumah tangga
e.
Muwashakt/transportasi
f.
Kamunikasi/pulsa
g.
Pendidikan
h.
Silaturahim/kunjungan
i.
Kesehatan
(Asuransi)
j.
Rihlah
k.
Keperluan
insidentil/darurat
1) Arrif
nasfak
a) Latar belakang pendidikan
b) Latar belakang keluarga
c) Pengalaman organisasi
d) Pembangunan jaringan/kerjasama
e) Komunitas tempat tinggal
f) Komitmen hidup/berjuang
2) Arrif
maharatak/skill
a) Melalui tajatah mai/skil/mengajar
b) Pengalaman hidup
c) Preatasi yang pernah diperoleh
d) Mengetahui kelebihan pribadi
e) Profesional dalam bidangnya.
3) Qadri
‘ala Kasbi
Mampu mendatangkan kerja atau uang
“Keseriusan suami membangun rumah
tangga, mendorong suami untuk mencoba dalam mendapatkan pemasukan materi”
Materi didapat dari menciptakan lapangan
kerja, bekerja pada orang lain, dll.
4) Muhawalah
Usaha terus menerus
5. Persiapan
Fisik/Jasmani (isti’dadi al-jismi)
Persiapan
fisik dengan olahraga dan sejenisnya. Karna cinta butuh energi untuk hidup dan
terus menyala.
“Mukmin yang kuat lebih disukai Allah dan Rasul-Nya daripada
mukmin yang lemah” (Al Hadis).
Sudahkan Anda memahami
persiapan-persiapan yang dimaksudkan???
Talqis Nurdianto, Lc., M.A. @ SPN
Suyanto,
E., dan Tim HIMMPAS UGM, Saatnya untuk
Menikah, Sejak Dini Mengumpulkan Bekal Ilmu: Buku Panduan Sekolah Pranikah dan Rumah Tangga Islami,
Chapter 1, Cetakan I, Yogyakarta, HIMMPAS UGM.
Ijin share yah pak. Agar ilmunya menjadi lebih bermanfaat. Sumber akan selalu saya cantumkan.
ReplyDeleteTerimakasih.