ISLAMIC PARENTING: POLA ASUH/MENDIDIK ANAK_2
ISLAMIC
PARENTING: POLA ASUH/MENDIDIK ANAK_2
Compiled by: Hadi Kurniawan,
S.Farm., Apt.
Anak merupakan anugerah terindah
buah hasil cinta kasih pasangan suami istri. Kehadiran sang buah hati menjadi
sangat dinanti-nanti dan ditunggu-tunggu baik pasangan muda bahkan yang telah
lama menikah atau yang telah memiliki beberapa orang anak. Kehadiran anak
merupakan rezeki dan amanah jangan sampai menjadi beban bahkan menjadi ancaman
serta boomerang bagi orang tua. Oleh karena itu, pentingnya peran serta orang
tua dalam memberikan perhatian kasih dan sayang serta pendidikan kepada anak.
Ibu ada guru pertama dan rumah adalah madrasah pertama (in formal) sebelum anak mengenal guru dan sekolah formal.
Banyak anak banyak rezeki, namun
sebagian yang lain menyatakan cukup 2 anak, laki-laki perempuan sama saja.
Menurut hemat saya, jangan jadikan jumlah sebagai beban, mind set yang terpenting adalah bagaimana mengatur jarak kehamilan
dengan tetap memperhatikan masa produktif rahim seorang ibu usia 25-35 tahun,
dimana diluar usia itu masih sangat mungkin namun resiko-resiko harus
diantisipasi. Dengan mengatur jarak kehamilan dimaksudkan anak mendapatkan
haknya untuk disapih selama 2 tahun, dan memberikan kesempatan kepada ibu untuk
meulihkan kondisi fisik. Misalnya jarak 3 tahun, hal ini tentunya sesuai
kesepakatan dan komunikasi pasangan suami istri. Rasulullah pernah bersabda
yang intinya: “aku senang dengan jumlah
kalian yang banyak”.
Kehadiran anak
dapat menjadi:
a.
Anugerah
(kelahirannya dinantikan: wah anak kita BARU sekian orang);
b.
Beban/ancaman
(wah anak kita SUDAH sekian orang, kelahirannya dikhawatirkan mengganggu stabilitas
ekonomi keluarga, sehingga orang tua khawatir dengan kehadiran anak, apalagi
yang ‘tembus’ tanpa perencanaan akibat lalai “ber-KB”);
c.
Ilmu/guru
(banyaknya anak menjadikan orang tua dewasa dalam mendidik anak, dimana anak
mengikuti pola pendidikan yang dibentuk oleh orang tua. Jika hanya anak satu-satunya
mungkin membuat orang tua mengikuti apa maunya anak, dimanjakan dan dipenuhi
semua keinginannya. Hanya mungkin, dan sebagian orang tua saja namun tidak
semua orang tua demikian). Tidak sedikit orang tua dengan anak tunggal namun
anak yang dihasilkan sungguh luar biasa menjadi tulang punggung keluarga dan
sungguh sangat mandiri serta berbakti.
Oleh karena itu, tidak kalah
penting jangan hanya membicarakan jumlah namun bagaimana kita mendidik anak
menjadi berkualitas. Karena rasulullah pernah bersabda yang intinya: “Aku tidak suka dengan ummatku yang lemah”.
Berikut
contoh sebagian kecil dari SOP mendidik anak:
1.
Mendidik diri kita sendiri
terlebih dahulu
Buah akan jatuh tak jauh dari
pohonnya. Jika kita menginginkan anak yang baik, soleh, solehah maka jadikan dulu
diri kita sebagai orang tua yang baik, soleh dan solehah. Didik terlebih diri
kita sehingga dapat menjadi teladan bagi anak.
“Sesungguhnya
laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin,
laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan
yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang
khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang
berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan
perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk
mereka ampunan dan pahala yang besar”
(Al Ahzab : 35).
“Dan
tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada
bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang
nyata” (Al Ahzab
: 36).
2. Mengetahui
konsep (blue print) tentang anak
Anak
dapat dikelompokkan menjadi 4 macam menurut Al-Qur’an:
a.
Anak qurrataa’yun
Yakni
anak yang menjadi penyedap pandangan mata, menjadi anak yang shaleh/ah yang
berbakti dan juga berprestasi.
“Mereka itulah orang yang
dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan
mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya”, (Al Furqaan : 75).
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah
kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shaleh” (Ass Shaffaat:100).
b.
Perhiasan dunia
Yakni
anak yang mungkin sangat berprestasi serta dipuji semua orang dan mungkin dapat
dibanggakan karena menjadi nama baik orang tua juga namun saking berprestasinya
prioritas hanya kepada karier, sehingga orang tua menjadi prioritas nomor
sekian. Inilah anak yang berprestasi namun tidak berbakti.
“Harta
dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal
lagi shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk
menjadi harapan”
(Al Kahfi : 46).
“Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)” (Ali Imran:14).
c. Fitnah
Yakni anak yang dapat
menghancurkan citra orang tua.
“Sesungguhnya
hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lah pahala yang
besar” (At
Taghafun : 15).
d. Musuh
“Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh
bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan
tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang” (At
Taghafun : 14).
3.
Dipilihkan benih yang baik
Anak wajib dicarikan calon
pasangan hidup yang baik. Paling tidak ada 5 fungsi pasangan hidup yang harus
dipertimbangkan oleh orang tua untuk dijadikan pasangan hidup anaknya yaitu
sebagai:
a.
Calon
suami/istri
b.
Calon
menantu
c.
Bersama
dijalan dakwah
d.
Calon
ibu/ayah bagi anak-anak
e.
Membangun
ekonomi bersama.
4.
Meluruskan persepsi mendidik anak
a. Anak
adalah sumber belajar bagi orang tua
Jangan
sampai kita mempunyai kenangan buruk dimasa lalu dengan anak-anak kita. Buatlah
bersama mereka membahagiakan. Walaupun mereka ber-ulah, bertingkah polah, namun
itulah namanya juga anak-anak. Sesungguhnya mereka (anak kita) sedang menguji
kita sebagai orang tua, kehadiran anak selain anugerah dan amanah serta sebagai
ujian bagi orang tua. Bagaimana mengantarkan keluarga ini diharamkan dari api
neraka.
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (At Tahriim: 6).
Karena
dalam Al Quran anak dapat menjadi penyejuk maupun ujian bagi kita. Sesuai
penjelasan dikonsep (blue print) anak
di atas.
b.
Pola asuh dengan kasih sayang
tanpa ada memberikan pilihan kepada anak
(alias
anak tidak dibiasakan untuk berfikir/menganalisa dan mencoba memilih) akan
membuat IQ anak tidak berkembang dengan baik, sehingga anak tidak berkembang dan
tidak kreatif, selalu diarahkan orang tua dan anak tidak bisa memilih sendiri, anak
ini kepribadiannya tidak ada gejolak, just flat. Hal ini tidak sekali-kali
membuat anak akan lebih baik.
Anak
merasa sedih, kecewa, marah tidak mengapa, karena itu bagian untuk mencerdaskan
otak dan melatih rasa. Bangunlah dialog atau komunikasi dengan anak untuk mengajarkan
anak membuat pilihan. Misalnya: “pakai
baju ini nak, makan ini saying, dlsb”, semua komunikasi hanya sepihak dan
mendikte. Cobalah bangun diskusi sehingga anak berfikir dan mencoba untuk memilih.
Jangan mematikan kesempatannya berbicara. Contoh ketika sedang dipantai bersama
anak-anak, kemudian anak meminta izin:
“Ummi bolehkan dedek
main pasir?” Ummi berkata: “Jangan sayang nanti dedek kotor”.
“Ummi dedek boleh
main air kan?” Ummi berkata lagi: “Jangan manis nanti dedek basah”.
“Boleh main dengan
teman-teman ya ummi?” “Jangan nak, nanti kamu hilang, ditengah keramaian
orang-orang, nanti ummi sulit nyariin dedek”, kata Ummi lagi.
“Boleh makan es
krim, ummi?” “Jangan kamu nanti flu, sakit perut”.
Demikianlah cuplikan singkat yang
sangat sederhana dan kelihatan sepele yang sering kita temui sehari-hari. Pola
pendidikan seperti apa yang sedang dibangun? Jangan heran ketika anak tumbuh
menjadi dewasa anak tidak akan berani untuk mengeluarkan kreatifitas serta
ide-ide cemerlangnya baik di lingkungan keluarga, teman sepergaulan bahkan di
sekolah apatah lagi dalam kehidupan bermasyarakat. Karena anak selalu di suruh
ini itu, atau dilarang ini itu. Sebaiknya jangan sekedar menyuruh dan melarang,
namun berikanlah edukasi dan alasan kenapa sih ini harus dilakukan dan itu
tidak boleh. Sehingga anak dilatih untuk
berargumen dan logika berfikir serta perasaannya terlatih secara simultan. Pada
akhirnya anak berani memilih namun tau batasan dan konsekwensi atas semua
pilihan-pilihan hidup.
c.
Jangan mencela anak, pujilah
Tanpa disadari orang tua terutama
ibu sering mencela anak. Misalnya “anak
saya kok ndak bisa diatur, anak saya kok nakal banget ya, saya antar jemput
dari SD sampe SMA kelas 2, anaknya gak PDan, banyak alasan untuk berangkat
sendiri, kelus seorang ibu, anak saya
kok bla,,,bla,,,bla”. Anak malah dicela
didepan teman-teman kita bahkan di depan anak kita sendiri, akibatnya menjadikan
adak tidak PD/Percaya Diri.
d. Meluruskan
persepsi anak
e. Menyekolahkan
f.
Makan, tidur, bergaul
Makan à jangan biasakan anak makan sambil berlari dan
jalan-jalan. Ajarkan anak untuk makan dimeja makan, ditempat makan dengan adab
dan tata cara.
Jangan angap orang tua yang soleh
itu orang yang solat, puasa, haji, zakat berkurban. Tidak jaminan orang tua
yang beramal shaleh seperti di atas sholeh juga dalam membina keluarga, karena masih
ada kriteria lagi yakni ‘mendidik anak’.
Kenyataan banyak terlihat bapak
ibu orang tua sang anak adalah tokoh agama tapi anak tidak terkendali. Mungkin
didikan yang tidak efektif di rumah, tapi mungkin ini adalah ujian dari Allah
walaupun didikan mungkin sudah seoptimal mungkin. Seperti halnya kisah nabi
Nuh, dimana anak istrinya tidak mengikuti ajakannya.
g. Peran
orang tua:
1) Mengajarkan
agama, agama yang syumul/utuh
Tidak hanya puas menyekolahkan
anak dengan sekolah berlabel islam, sekolah terpadu, bording school, lihat lagi
apakah sekolah sudah memberikan teladan yang baik karena teori itu gampang,
namun praktik dan pemahaman beramal itu sulit.
Apa yang dilakukan ortu akan
diikuti anak. Suka marah anak juga jadi pemarah (karena anak anak meng-copy paste
orang tua/anak merupakan refleksi dari orang tuanya).
2)
Memberikan makanan halal
3)
Memberikan lingkungan yang baik
4)
Menikahkannya dengan pendamping
yang shaleh/shalihah
5)
Mendampingi sampe mandiri secara
agama bukan ekonomi saja
h.
Kesalahan yang dilakukan dalam
mendidik anak
Kesalahan
orang tua (durhaka orang tua) dalam mendidik anak diantaranya dapat kita
identifikasi:
1) Orang
tua gagal memberikan percaya diri anak
2)
Tidak percaya (Trust/kepercayaan)
Anak tidak percaya dengan orang
tua sehingga anak akan lari ke temannya ketika mendapatkan masalah. Jika
temannya tidak baik maka anak akan ikut terjerumus dengan ajakan dan masukan
teman yang salah. Jangan sampai anak lebih percaya kepada orang lain yang tidak
bisa memberikan jaminan berbuat baik. Misalnya anak curhat tentang ketertarikan
lawan jenis, masalah ortu, dll.
3)
Timbul kecemasan/tekanan hati
Rasa percaya diri dapat timbul
dalam beberapa pola asuh seperti:
a)
sejak bayi
b)
mulai menyusui
Proses
ini adalah psikologis yang luar biasa. Mimi harus sampe kenyang. Tandanya anak sendawa.
Kalau tidak kenyang bayi akan cemas “saya
dimimiin lagi g ya?”
c)
Pipis
Bayi
kan pipis berkali-kali, ibunya ganti popopok dengan mengeluh. Bayi akan
merespon, harusnya “ayo pipis yang banyak”
(bayi dipuaskan). Jangan sampai tidak sabar nanti kita jadi mengluh. Pampers
hanya untuk darurat karena tidak nyaman untuk lama. Pake popok lebih nyaman.
Jadi, kalau anak pipis biarkan sebentar jangan buru-buru dibersihkan karena
biasanya ada susulan/bertahap.
d)
BAB (Buang Air Besar)
Biarin
sajalah, jangan dikeluhkan bayi BAB terus, kan BAB sehat. Ucapkan saja “ayo yang banyak selesaikan sampe tuntas”.
e)
Menggendong
Sumber
‘majalah UMMI, sesungguhnya bayi lebih memilih digendogn daripada di dalam kereta
bayi, karena sentuhan kasih sayang terasa lewat aliran darah, lewat sentuhan
kulit dengan kulit. Baby car sebaiknya hanya
untuk kondisi darurat/lelah.
Digendong
adalah proses yang membahagiakan bagi bayi, tapi jangan terpaksa loh ntar bayi
bisa merespon.
Gendong
dan sentuhkanlah dengan orang disekitarnya. Misal ayah mengatakan: “Ini digendong ayah, rasakan ayah sangat sayang
pada mu”.
f) Menyuapi/menyapih
Menyuapi
atau menyapih anak dengan berdoa. Setiap suapan doakan jadi cerdas, sholeh/ah
dll. Menyuapi adalah satu kesempatan memberikan pendidikan kepada anak kita.
Sekarang banyak makanan instan yang hanya langsung diberi air panas. Sebaiknya
buat sendiri.
g)
Berbicara
Jangan
berbicara keras, kasar di depan bayi. Tampaknya mereka tidak berdaya dan tidak
merespon, tapi sesungguhnya mereka melihat dan merekam. Jangan berbohong
misalnya: “jangan nakal,,, pak polisi
nangkap dedek…dll”.
h) Kesalahan
memukul
Mencubit
keras-keras, marah-marah, emosional, tidak memberikan dampak yang baik bagi
anak. Seharusnya boleh marah, marah yang biasa, perlu penekanan dan intonasi
tapi bukan emosional tanpa sadar dan kendali.
“Kalau anak bilang ummi jelek,
jahat…harusnya ortu didik jangan ngomong gitu nak, itu gak baik …ngomongnya”.
i)
Mengungkit-ungkit jasa orang tua
ke anak
j)
Memberikan kasih sayang berlebihan
Memanjakan
berlebihan bukan memberikan kenyaman tapi menjerumuskan secara perlahan. Anak
tidak berkembang, tidak mandiri, tidak
peka hatinya, IQ tidak berkembang, dan secara social juga berpengaruh. Misalnya
orang tua hanya membiarkan dan menuruti nafsu jajan anak di market sesuka
hatinya secara berlebihan. Orang tua tidak melarang karena mengikuti apapun
maunya anak.
i.
Persepsi yang salah pola
pendidikan orang tua (disebut durhaka orang tua ke anak):
1)
Salah memilihkan calon ibu atau
ayah/carikan jodoh/pasangan
Pilihkan
atau anak dapat memilih sendiri tapi tetap dengan pantauan orang tua. Mencari
menantu parameternya bukan benda, jabatan tinggi, harta melimpah, rumah lengkap
seisinya, tidak menjamin kebahagiaan dan keberkahan. Sekalipun jodoh ditangan Allah
tapi Allah melihat kita pantasnya dapat apa. Jadi, selalu memperbaiki diri
saja, karena janji allah dalam Q.S. An Nuur : 26, yang baik dapat yang baik
juga.
“Wanita-wanita
yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji
adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik
adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk
wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang
dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang
mulia (surga)”
So,
tetaplah menjaga diri dan istiqomah maka insya Allah akan mendapatkan pasangan
yang luar biasa.
2) Menafkahi
anak dari hasil yang haram
Orang
tua beranggapan yang penting anak serba berkecukupan dan tidak perduli asal usul
uangnya darimana. Sekarang halal dan haram tipis bedanya. Walaupun sungguh jelas
mana yang haram dan mana yang haram, namun syubhat meraja lela, sehingga halal
haram seakan tak berbatas.
3) Merintangi
anak untuk beragama dengan benar
Mau
ngaji saja ribet ditanya-tanya dan diintrogasi, namun orang tua perlu tau
aktivitas anak untuk mengontrol anak mengikuti suatu organisasi atau kegiatan
yang menyimpang misalnya NII, JIL, terorisme, dan aliran sesat lainnya yang
jelas menyimpang dari prinsip quran dan hadis. Contoh lain anak mau menggunakan
jilbab, kemudian orang tua menghalangi dan merintangi niat baik anak misalnya
dengan mengatakan:
“yakin kamu dengan berjilbab sempurna kayak gini jodoh dan kerja dapat
dengan cepat kamu dapat, apa gag ganggu, ditempat kerja relasi papa
mensyaratkan tidak boleh berjilbab seperti kamu ini, lagian kan jilbab itu
tunggu saja kamu sudah tua, rugi kamu masih muda, laki-laki mana yang mau
mendekati kamu, kecantikanmu yang merupakan anugerah Allah ini knapa kamu
tutupi, bukankah Allah itu indah dan
mencintai keindahan???”
Demikian
pemikiran sungguh terlalu, statemen jika berislam dengan benar akan menyulitkan
kehidupanmu. Kok jilbab bikin kamu tidak diterima pekerjaan. Hmm…
astaghfirullah.
Namun,
sebagai anak doakan orang tua kita bagaimanapun orang tua kitalah yang telah membuat
kita seperti ini. Karna kamu sekarang adalah salah satu jasa dan doa serta
usaha mereka, yang telah melahirkan, menjaga, menyekolahkan dan memenuhi semua
kebutuhan.
4)
Menelantarkan pendidikan agama
anak
Terkadang orang tua sudah puas
menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah yang luar biasa. Tidak ada jaminan
apapun anak akan menjadi baik jika bersekolah di sekolah favorit dan luar biasa.
Namun menyekolahkan di tempat yang baik merupakan salah satu ikhtiar orang tua
untuk membekali anak ilmu, pendidikan dan pemahaman kepada anak. Oleh karena
itu, pilihkanlah sekolah yang islami tidak sekedar mengejar favorit namun beda
akidah, karena dikhawatirkan anak akan ikut dengan akidah dilingkungan
sekolahnya. So, kendali tetap kepada orang tua, bukan hanya sekolah. Sehebat
apapun sekolah tapi orang tua tidak berperan aktif, maka tidak akan efektif.
Jadi, memilihkan sekolah yang baik dan peran orang tua sangat saling mendukung.
j.
Hak anak:
Ketika
sahabat bertanya siapakan yang mesti aku hormati, rasulullah bersabda yang
intinya “Ibumu 3x + bapakmu 1x”.
Artinya
ibu memiliki 3 fungsi yang tidak dapat digantikan oleh seorang bapak.
1)
Mengandung (9 bulan 10 hari)
“Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah”. (Al Mukminun:12)
“Kemudian Kami jadikan saripati
itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)”. (Al Mukminun:13)
“Kemudian
air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling
Baik”. (Al
Mukminun:14)
“Kemudian, sesudah itu,
sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati”. (Al Mukminun:15)
“Kemudian,
sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat”. (Al Mukminun:16)
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini
Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi".
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan)",
(Al A’raf:172)
“Yang
membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai
penciptaan manusia dari tanah”.
(As Sajdah:7)
“Kemudian
Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani)”. (As Sajdah:8)
“Kemudian
Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan) -Nya dan
Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu
sedikit sekali bersyukur”.
(As Sajdah:9)
Dan
mereka berkata: "Apakah bila kami telah lenyap (hancur) di dalam tanah,
kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru. Bahkan (sebenarnya)
mereka ingkar akan menemui Tuhannya. (As
Sajdah:10)
2) Menyusui
(2 tahun penuh, eksklusiv 6 bulan pertama, tidak melewatkan 30 menit pertama
kelahiran)
Ibu sebaiknya tidak melewatkan
20-30 menit pertama untuk menyusui bainya dengan ASI yang merupakan golden period yang mengandung kolostrum
sebagai antibiotic alami yang tidak dapat digantikan dengan makanan dan
antibiotic lainnay. Selanjutnya memberikan ASI eksklusif 6 bulan tanpa makanan
lainnya. Kemudian menyapihnya 2 tahun penuh. Susu formula dapat diberikan jika
umur anak lebih dari 6 bulan.
“Para
ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan
pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf. Seseorang tidak dibebani
melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan waris pun
berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua
tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas
keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah
kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. (Al Baqarah:233)
3) Guru/mendidik
anak
Ibu
yang telah mengandung serta menyusui lebih efektif dalam mendidik anak karena
memiliki kedekatan secara psikologis dan emosional. Jangan lewatkan usia emas (golden age) anak yakni sebelum sekolah
hingga 3-6 tahun umur anak. Tugas orang tua mensyukuri nikmat dan potensi yang
Allah berikan kepada anak serta mengembangkannya baik pendengaran, penglihatan
dan hati dengan kalimat-kalimat thoyyibah, diazankan dan diiqomahkan segera setelah
lahir, nyanyian saat mengasuh anak jangan nyanyian yang tidak bermanfaat,
gantilah dengan irama shalawat, lantunan quran, dll.
Anak
berhak mendapatkan ilmu dari orang tuanya yakni:
a)
Ilmu Syar’i
Mengolah hati/rasa ketakwaan.
b) Ilmu
profesi
Mengolah otak, rasio.
c) Ilmu
bela diri
Mengolah otot.
Tidak
bisa kita membiarkan anak tumbuh sendiri dan memasrahkan kepada lingkungan
bahwa dengan harapan anak kita akan menjadi baik dengan sendirinya dimasa
mendatang. Sesungguhnya anak kita memerlukan keluarga (sebagai wadah, pot, atau
polybag khusus) karena lingkungan kita sekarang sudah gersang sehingga perlu
kita didik.
Bangun
dialog dengan anak dan menjadikan anak sholeh dengan kefahaman. Generasi
rabbani hanya akan terlahir dari orang tua yang baik. Doakan anak satu per satu
secara spesial karena individu dan kepribadian mereka berbeda dan khas. Orang tua
berikhtiar untuk menasihati dan mengingatkan serta menyampaikan kebaikan namun hasilnya
pasrahkan dan tawakalkan kepada Allah SWT.
Pola
asuh dirumah membedakannya ketika dilepas bersama orang atau sekolah, anak
percaya diri, berani, dan bisa ditinggal atau gak. Nada / intonasi bisa diatur
tinggi rendah untuk mendidik.
Usia
(Tahun)
|
Pola asuh
|
0-6
|
Mendidik
dengan kasih sayang
|
6-15
|
Bekali
dengan pendidikan
|
15-20
|
Mendengarkan
|
>20
|
Jangan
ikut campur, awasi, control secara tidak langsung
|
No comments for "ISLAMIC PARENTING: POLA ASUH/MENDIDIK ANAK_2"
Post a Comment