Widget HTML Atas

KRITERIA MEMILIH PASANGAN HIDUP




KRITERIA MEMILIH PASANGAN HIDUP
Ditulis oleh: Hadi Kurniawan, S.Farm., Apt.

Maha suci Allah yang telah menciptakan manusia berpasang-pasangan serta menanamkan rasa cinta kasih dalam hati manusia. Tak sedikit nikah tlah membuat orang galau dan resah gelisah. Semua kan tiba tepat pada waktunya.
Rumah tangga sakinah mawaddah warohmah hanya bisa digapai jika dalam menetapkan niat menikah, proses sebelum pernikahan, prosesi pernikahan dan mengelola rumah tangga sesuai dengan tuntunan yang didetapkan Islam. Memilihlah jika telah ada kemantapan hati dan siap serta yakin untuk segera menikah, jangan sekali-kali mencoba memilih jika belum siap dan belum mempersiapkan diri serta hanya sekedar iseng atau coba-coba agar tidak terjebak permainan ‘setan’. Tentukan batas waktu kesiapan!!!
Pasangan adalah cermin diri kita maka berikhtiarlah untuk mencari yang terbaik dari pilihan yang ada (Q.S. An Nur : 26). Namun jangan mempersulit diri dari hal yang mudah, jangan mempersempit diri dari hal yang sebetulnya luas. Pernikahan perlu difahami dan dipersiapkan sejak dini. Pernikahan bukan sekedar penyatuan dua insan, dua hati dan dua jiwa. Bukan pula sekedar berkumpul 2 keluarga besar. Namun lebih dari itu semua. Nikah memiliki visi misi besar membina rumah tangga yang merupakan bagian dari proyek pondasi peradaban. Sehingga menjadi bagian dari upaya menyiapkan generasi madani/rabbani/qurani generasi dakwah untuk membangun keluarga barokah. Dengannya dakwah ‘kan semakin kokoh.

“Semoga Allah SWT menghimpun yang terserak dari keduanya memberkati mereka berdua, meningkatkan kualitas keturunannya sebagai pembuka pintu rahmat, sumber ilmu dan hikmah serta pemberi rasa aman bagi umat.” (Doa Nabi Muhammad SAW, pada pernikahan Fatimah Az Zahra dengan Ali bin Abi Thalib)

Menyegerakan menikah baik namun bukan tergesa-gesa. So, persiapkanlah!!!

An-nikaahu miftahur rizki  “Menikah adalah kunci rezeki”!!!

Pernikahan membenturkan idealitas dengan realitas,
Kedewasaanlah yang menyatukan keduanya…

“Apabila ating kepada kalian orang yang kalian sukai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia. Jika tidak kalian lakukan, aka nada fitnah (petaka) dan kerusakan”  [H.R. At Tirmidzi]

“Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kalian yang memiliki ba’ah (kemampuan), hendaklah ia menikah. Sesungguhnya pernikahan itu lebih menundukkan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, hendaklah ia berpuasa sebab berpuasa merupakan wija’ (penjaga) baginya”. [H.R.. Al-Bukhari dan Muslim] 

Pada prinsipnya dalam memilih pasangan harus yakin bahwa jodoh ditangan Allah, tugas kita ikhtiar untuk menyingkap takdir tersebut dengan menjemputnya dengan aturan yang Allah tetapkan agar kita tidak merasa sombong ketika banyak kelebihan atau bahkan senaliknya minder karena banyak kelemahan. Memilih dan siapa yang dipilih adalah hak pribadi sehingga tidak ada paksaan/keterpaksaan.

Ketika kita telah berketetapan hati untuk menikah, maka tentukan criteria pasangan yang diinginkan serta memilih pasangan dan wasilah dalam memilih. Kriteria ini penting agar kita tidak terjebak kepada hal yang pragmatis, obsesif dan ilusi sekedar fotamorgana hanya terjebak pada penampilan calon atau malah terjebak asal dapat jodoh. Karena tak mungkin kesempurnaan pada diri pasangan memiliki semua kelebihan / kebaikan dan tidak terbebas dari kekurangan / kelemahan. Reaslistis dan objektiflah. Jangan terjebak atas tuntutan kesempurnaan. Yakin setiap orang memiliki ke(-)an dan ke(+)an.

Sesungguhnya ketidaksempurnaan adalah wujud kesempurnaan. Syukurilah karunia-Nya, jangan terlalu banyak menuntut. Jadikan diri kita bermanfaat bagi orang lain. Bukankah pernikahan itu seperti pakaian yang saling melindungi dan menutupi kekurangan? Saling menerima kelebihan dan juga kekurangan. 

Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa yang menikahi seorang wanita karena ingin menutupi farjinya dan mempererat silaturahmi maka Allah akan memberikan barokah-Nya kepada keduanya (suami istri)”.

Kriteria memilih calon Istri:
Agama Islam (satu keyakinan aqidah!!!)
Hendaknya calon istri memiliki dasar pendidikan agama dan berakhlak baik, karena wanita yang mengerti agama akan mengetahui tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu. Wanita yang memiliki ilmu agama tentulah akan berusaha menjadi wanita shalihah dan taat pada Allah swt. dan wanita shalihah dipelihara oleh Allah. 

Utamakan dien, karena dalam pernikahan justru kesiapan menerima pasangan apa adanya akan lebih memudahkan kita dalam beradaptasi dan memperbesar rasa syukur dan cinta (dimana lebih banyak melihat kelebihan pada pasangannya kelak). Hal lain diluar prinsip utama yang jika tidak dipenuhi akan jadi persoalan dikemudian hari hanya bersifat opsional saja. Prioritaskan untuk mengenal hal-hal mendasar dari calon pasangan hidup missal pandangan hidup dalam aturan Islam, komitmen untuk melaksanakan kebajikan dan mendakwahkannya, serta kesiapan berkorban dalam ketaatan kepada Allah dan Rosul-Nya. Karena jika mengdepankan selera yang tidak prinsip sifatnya relative dan mempersulit diri.

4 Kriteria Dasar
Dari Abi Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Wanita itu dinikahi karena empat hal: karena hartanya, nasab/keturunannya, kecantikannya dank arena agamanya. Maka perhatikanlah agamanya (pilihlah perempuan yang beragama) niscaya kamu akan bahagia/selamat (H.R. Bukhari, Muslim).

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman (Q.S. Al Baqarah:221)
“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun ia menarik hatimu”.

Dari Amr Ibnu As, Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasannya ialah wanita shalihat. (HR. Muslim, Ibnu Majah dan An Nasai)

Dari Anas, Rasulullah SAW. pernah bersabda : Barang siapa mau bertemu dengan Allah dalam keadaan bersih lagi suci, maka kawinkanlah dengan perempuan terhormat. (HR. Ibnu Majah,dhaif)

Penyayang, keibuan, subur dan banyak anak
Dari Anas bin Malik, Rasulullah saw. bersabda: ”…kawinilah perempuan penyayang dan banyak anak…” [H.R. Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban]  

“Wanita terbaik adalah wanita yang paling kasih pada anak kecil, paling teliti mengurus suami”. (H.R. Bukhari)

“Wanita terbaik adalah yang jika dilihat menyenangkan, diperintah taat, bisa menjaga diri dan harta suaminya”. (H.R. Bukhari dan Muslim)

Nikahilah perempuan yang pecinta (yakni yang mencintai suaminya) dan yang bisa mempunyai anak banyak, karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab (banyaknya) kamu di hadapan umat-umat (yang terdahulu).” (H.r. Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Hibban dan Hakim, dari Ma’qil bin Yasar)

Nikahilah perempuan yang penyayang dan bisa mempunyai anak banyak, karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab banyaknya kamu dihadapan para Nabi nanti pada hari kiamat.” (H.r. Ahmad, Ibnu Hibban dan Sa’id bin Manshur, dari Anas bin Malik) 

Kawinlah dengan wanita yang mencintaimu dan yang mampu beranak. Sesungguhnya aku akan membanggakan kamu sebagai umat yang terbanyak (HR. Abu Dawud).
Saling menikahlah kamu, saling membuat keturunanlah kamu, dan perbanyaklah (keturunan). Sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya jumlahmu di tengah umat yang lain (HR. Abdurrazak dan Baihaqi).

Kesuburan
Nikahilah wanita yang banyak anak karena Aku berlomba dengan nabi lain pada hari kiamat (H.R. Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibbam).

Dari Abi Umamah bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Menikahlah, karena aku berlomba-lomba dengan umat lain dalam jumlah umat. Dan janganlah kalian menjadi seperti para rahib nasrani (H.R. Al-Baihaqi).

Mengutamakan gadis
Hendaknya memilih calon istri yang masih gadis terutama bagi pemuda yang belum pernah nikah. Hal ini dimaksudkan untuk mencpai hikmah secara sempurna dan manfaat yang agung, di antara manfaat tersebut adalah memelihara keluarga dari hal-hal yang akan menyusahkan kehidupannya, menjerumuskan ke dalam berbagai perselisihan, dan menyebarkan polusi kesulitan dan permusuhan. Pada waktu yang sama akan mempererat tali cinta kasih suami istri. Sebab gadis itu akan memberikan sepenuhnya kehalusan dan kelembutannya kepada lelaki yang pertama kali melindungi, menemui, dan mengenalinya.

Nabi saw bersabda, nabi: “Apakah kamu sudah menikah?” Jabir berkata, “Ya, sudah”. Bersabda Rasulullah: “Perawan atau janda?” Maka saya menjawab, Janda. Rasulullah bersabda: “Maka mengapa kamu tidak menikahi gadis perawan, agar kamu bisa bermain/manja dengannya dan dia bisa bermain/manja denganmu”.

Sedapat mungkin jauh secara nasab/kekerabatan
Kekerabatan dekat menikah secara medis berpotensi munculnya pewarisan sifat genetic yang bersifat autosomal resesif muncul menjadi suatu pewarisan genetic yang kurang baik bagi keturunannya (muncul penyakit genetic, dll). Hal ini dimaksudkan untuk keselamatan fisik anak keturunan dari penyakit-penyakit yang menular atau cacat secara hereditas. Sehingga anak tidak tumbuh besar dalam keadaan lemah atau mewarisi cacat kedua orang tuanya dan penyakit-penyakit nenek moyangnya. Secara agama juga disarankan jauh secara nasab agar bisa menambah keluarga, hubungan kemasyarakatan lebih erat, menambah kemesraan, kekuatan keturunan dan kecerdasan anak. Disamping itu juga untuk memperluas pertalian kekeluargaan dan mempererat ikatan-ikatan social.

Janganlah kalian menikahi kerabat dekat, sebab (akibatnya) dapat melahirkan anak yang lemah (baik akal dan fisiknya).”

Karakteristik/Kriteria calon Suami sholeh:
1.      Islam
Agama adalah criteria yang sangat penting sebab Islam adalah satu-satunya agama yang diridhoi Allah, satu-satunya jalan yang menjadikan kita selamat dunia dan akhirat kelak.
“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran”. (Q.S. Al Baqarah:221)

2.      Berilmu dan baik akhlaknya, shalih, dan taat beragama
Laki-laki yang istimewa adalah laki-laki yang mempunyai ketakwaan dan keshalihah akhlak. Ukuran agama adalah akhlak. Iman itu letaknya di hati, dan tentu saja tak ada yang mengetahui kecuali Allah namun iman yang benar-benar menyala di dalam hati, cahayanya pasti akan memancar keluar, yaitu dalam bentuk akhlak.
 
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba yang berakhlak baik akan mencapai derajat dan kedudukan yang tinggi di akhirat, walaupun ibadahnya sedikit”.

Dia mengetahui hokum-hukum Allah bagaimana memperlakukan istri, berbuat baik padanya, dan menjaga kehormatan diri serta agamanya. Dengan demikian ia dapat menjalankan kewajibannya secara sempurna dalam membina keluarga dan menjalankan kewajiban sebagai suami, mendidik anak, menegakkan kemuliaan, dan menjamin kebutuhan rumah tangga dengan tenaga dan hikmah.

3.      Hati yang lembut
Q.S. Al Maidah:54
“Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”.

4.      Sholat subuh berjamaah di masjid
Karena salah satu cirri orang munafik adalah sulit solat Isya dan Subuh. Kenapa harus sholeh???

Karena dengan kesholehan:
a.      Terciptanya ketenangan/ketentraman (Ar Rum:21),
b.      Mengajak/menuntun ke syurga,
c.       Bibit bagi generasi rabbani/qurani/madani yang sholeh (dapat menjadi passive income).

5.      Laki-laki benaran
Yakni laki-laki pemberani dan independen/mandiri. Berani ketika ditantang menemui Bapak si perempuan untuk membicarakan pernikahan, kemudian tidak merokok. Pria merokok berarti tidak merdeka dan tidak terbebas dari sebuah benda kecil, memiliki ketergantungan terhadap benda sepuntung, alias tidak mampu mengendalikan diri hanya untuk menghindari ketagihan akibat rokok.
6.      Bertanggung jawab
7.      Memiliki semangat dalam berilmu dan berdakwah.

Mengenal Calon Pasangan
Mendapatkan Informasi Dasar
Melihat langsung
Apabila salah seorang di antara kamu hendak meminang seorang perempuan, kemudian dia dapat melihat sebahagian apa yang kiranya dapat menarik untuk mengawininya, maka kerjakanlah (H.R. Ahmad dan Abu Daud).

Dari Abu Hurairah RA. Bahwa Nabi SAW bertanya kepada seseorang yang hendak menikahi wanita,”Apakah kamu sudah pernah melihatnya?”

“Belum”, jawabnya. Nabi SAW bersabda,”Pergilah melihatnya dahulu”. (H.R. Muslim)

Adab-adab Taaruf:
1.      Memilih pasangan sholeh.
2.      Tidak menerima pinangan setelah menerima khitbah (khusus akhwat), bagi ikhwan sebaiknya tidak mnyebar  pinangan kebanyak akhwat. Secara etika/adab/akhlak sebaiknya selesaikan urusan dengan 1 akhwat jika ditolak baru pindah ke akhwat lain.
3.      Tidak berkhalwat dan ikhtilat.
4.      Lewat bantuan orang lain yang terpercaya (isi biodata, dll).
5.      Menjaga lisan (tidak memancing sahwat, member harapan, tidak tegas).
6.      Berdandan secara wajar, dan tidak tabaruj (Q.S. Al-A’raf: 26).

Kenapa tidak ada yang mendekat?
Tetaplah yakin dan berbaik sangka kepada Allah. Karena Allah sesuai prasangka hambanya. Namun kita tetap harus berikhtiar, dan mengintrospeksi diri kenapa jodoh tak kunjung dating.
1.      Mungkin kita belum menjemput secara maksimal
2.      Penampilan kita kurang menarik, tetap harus syari
3.      Bicara ceplas ceplos

Semakin dekat hari pernikahan, maka setan menghembuskan keragu-raguan dan was-was. Karena setan sangat tidak senang melihat manusia terikat dalam jalinan pernikahan. Karena dengan menikah menggenapkan ½ agama. Bahkan 2/3 agama jika 1/3 sisanya kita bertakwa maka genap 100% agama kita.

“Apabila seorang hamba menikah, ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Maka, hendaklah ia bertakwa kepada Allah pada separuhnya lagi” [H.R. Al-Hakim dan Al-Baihaqi]

“Apabila wanita shalat lima waktu, puasa Ramadhan, menjaga kemaluannya dan mennatai suaminya, niscaya diserukan kepadanya: Masuklah ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai”. [H.R. Ibnu Hibban, Ahmad dan Ath Tabrani].

Mari pantaskan diri kita!!!
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)”.
[An Nur:26]

Istigharah

Istigharah untuk mendapatkan kemantapan:
Kebaikan bukan pada orang yang dipilih, melainkan pada jalan yang kau pilih
Atau mungkin kebaikan itu terletak kepada keikhlasanmu menerima keputusan Sang Kekasih Tertinggi
Kekasih tempat orang beriman memberikan semua cinta dan menerima cinta
Relakan Allah pilihkan untukmu
Pilihan-Nya tak kan salah, walau tak selalu seindah keinginanmu
Tapi itu pilihannya, tak ada yang lebih baik dari pilihan Allah…

Referensi :
1.        Sekolah Nikah Islami SAMARA Wedding Organizer (HIAS MISLIM):
a.        Ust. Sholihun  
b.        Adi Abdillah
2.        Sekolah Pra-Nikah Ust. Darul Falah, M.Hut.
3.        Suyanto, E., dan Tim HIMMPAS UGM, Saatnya untuk Menikah, Sejak Dini Mengumpulkan Bekal Ilmu: Buku Panduan   Sekolah Pranikah dan Rumah Tangga Islami, Chapter 1, Cetakan I, Yogyakarta, HIMMPAS UGM.
Hadi Kurniawan Apt
Hadi Kurniawan Apt Just Cool Just Smile

1 comment for "KRITERIA MEMILIH PASANGAN HIDUP"

  1. Thanks infonya. Oiya ngomongin pasangan hidup, ada beberapa hal juga loh yang perlu temen-temen pahami. Pastikan pasangan kamu adalah orang yang punya prinsip keuangan agar kehidupan finansial kamu juga ikut membaik. Selengkapnya bisa cek di sini: Prinsip keuangan pasangan

    ReplyDelete

Post a Comment