Widget HTML Atas

ISLAMIC PARENTING: POLA ASUH / MENDIDIK ANAK 1




ISLAMIC PARENTING: POLA ASUH / MENDIDIK ANAK 1
Oleh: Hadi Kurniawan, S.Farm., Apt.

A.    Pendidikan Anak Dalam Islam

Mendidik anak tidak hanya menjadi tugas para Ibu, tetapi juga menjadi tugas Bapak. Lihatlah figur-figur Bapak teladan yang diabadikan khusus dalam Al-Qur’an (misalnya Nabi Ya’qub a.s., Nabi Ibrahim a.s., Luqman Al-Hakim, dan sebagainya).
Pola asuh yang digunakan orang tua dalam mendidik anak bermacam-macam, setiap orang tua punya style sendiri yang unik. Perlu dipahami bahwa anakpun tumbuh-kembang secara bertahap. Beberapa materi yang penting sejak dini ditanamkan adalah pendidikan keimanan, pendidikan untuk membiasakan beribadah, pendidikan akhlaq, pendidikan emosi, dan sebagainya.
Mentransfer materi-materi itu dilakukan dalam proses tarbiyah yang tujuannya adalah menanamkan agar dapat terinternalisasi dalam diri anak; antara lain dalam mengajarkan nilai-nilai pada anak, termasuk nilai kedisiplinan. Tidak dapat dinafikan bahwa nilai ini akan berguna bagi kehidupan anak di masa mendatang. Untuk menanamkan nilai ini perlu secara bertahap dan dengan kesabaran.
1.      Melatih kedisiplinan
Orang tua dapat melatih kedisiplinan antara lain dengan pemberian aturan, mengajarkan toilet-training sejak tahun-tahun pertama kehidupannya. Setiap anak pada dasarnya sama, yakni akan menjadikan setiap pengalaman hidupnya untuk belajar; aturan dari orang tua akan diserap dan suatu saat akan dipakai untuk mengatasi masalahnya. Ketika penanaman nilai dilakukan secara keras (mungkin istilah Bapak disiplin tinggi), misalnya, maka mungkin nilai ini akan ditolak atau akan diterima anak; tetapi anakpun suatu saat akan mentransfer nilai ini dalam hidupnya termasuk dengan konsep sertaannya yakni kekerasan dalam mengajarkan nilai tersebut.
Orang tua yang selalu mengajarkan nilai tanpa penjelasan, sering disebut orang tua dengan pola asuh otoriter. Orang tua tidak memberi cukup penjelasan mengapa nilai tersebut harus dipatuhi anak. Anak tertentu mungkin pasif agresif, melakukan penentangan secara diam-diam di belakang orang tua, tetapi ada yang menggunakan agresif langsung dengan membangkang. Orang tua perlu memahami karakter anak yang khas. Biasanya dapat diketahui dari reaksi anak dan perilakunya sehari-hari. Untuk menghindari trauma emosional ketika pengajaran disiplin, mestinya orang tua telaten, disertai kasih sayang dan ketika kemampuan kognitifnya semakin berkembang maka hendaklah lebih dialogis ketika mengajarkan kedisiplinan ini.
2.      Mengoptimalkan masa emas anak hingga 0-3 atau 6 tahun
Masa emas (golden age) antara 0-2 th, 2-4 th karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, antara lain volume otak. Maka perlu dioptimalkan dengan memberi asupan gizi yang memadai dan stimulasi/ rangsang panca indra yang cukup. Anak-anak pada masa ini sering menjadi tugas pembantu untuk menangani karena biasanya belum bersekolah.
Jika anak dibiarkan oleh si pengasuh tanpa distimulasi yang cukup maka sungguh sayang masa emasnya akan terlewati. Patut disyukuri bahwa kini muncul solusi bagi Ibu yang bekerja atau kurang dapat menstimulasi secara optimal, bahwa telah bermunculan kelompok-kelompok bermain yang Islami (Play Group atau Tempat Penitipan Anak atau PAUD [Pendidikan Anak Usia Dini]). Dalam kelompok ini prinsipnya adalah memberi anak kenyamanan dengan bermain; sebenarnya bermain bagi anak sama dengan belajar. Namun akan lebih baik dan efektif ketika ibu yang telah mengandung, melahirkan dan menyusui yang turut mendidik anak tersebut, tidak semata-mata menyerahkan kepada tempat penitipan. Sehingga pentingnya seorang ibu yang cerdas, smart dan berpendidikan. Jadi, bagi wanita karier perhatikan kewajiban utama sebagai ibu yakni mengelola urusan rumah tangga. Dimana bekerja itu tidak sekali-kali merupakan kewajiban seorang ibu bahkan sunnah pun tidak. Namun ketika seorang ibu ingin bekerja harus seizin suami dengan catatan Urusan Rumah Tangga (anak dan suami) menjadi prioritas.
Atau bagi orang tua yang punya waktu untuk mendampingi anak dapat menjadi figur sentral dengan memanfaatkan APE (Alat Permainan Edukatif) yang banyak ditawarkan.
3.      Memilih tempat pendidikan anak di sekolah yang unggul tapi non-muslim atau sekolah berbasis Islam?
Selain belajar dari lingkungan keluarga, anak juga belajar dari lingkungan masyarakat (teman) maupun pendidikan formal. Ketiga komponen ini harus saling mendukung agar tidak terjadi konflik nilai pada anak. Sekolah non-muslim sejauh yang kami ketahui tidak lepas dari pengajaran agama berdasar keyakinan agamanya. Ini yang perlu diwaspadai karena pengetahuan anak yang masih terbatas dapat memunculkan ketertarikan pada agama tersebut atau minimal kebimbangan beragama. Meskipun dalam aspek-aspek tertentu sekolah tersebut punya keunggulan, orang tua tetap harus memprioritaskan pendidikan keimanan yang kuat pada usia-usia awal hidup anak. 
Jika pendidikan yang diterima anak dari rumah sudah tertanam dengan baik maka insya Allah ini akan menjadi benteng dalam menghadapi berbagai pengaruh lingkungan yang tidak kondusif. Bagaimanapun anak tidak bisa steril dari berbagai ”virus” lingkungan luar. Oleh karena itu, orang tua perlu meningkatkan imunitas anak dalam menghadapi berbagai persoalan yang dihadapi. Do’a kita sebagai orang tua amat berperan, agar Allah swt memberi inayah-Nya untuk menuntun anak-anak meniti kehidupannya.

B.     Pola Asah Asih Asuh Dalam Mendidik Anak

Perkembangan anak sangat dipengaruhi banyak hal.  Salah satunya adalah lingkungan dan pola asuh orang tua dalam mendidik anak.  Tanpa pemberian kasih sayang yang baik maka potensi anak tidak akan mampu berkembang secara baik.  Kasih sayang orang tua sangat mempengaruhi kecerdasan anak terutama ketika anak memasuki usia emas mereka.  Interaksi yang baik antara orang tua dengan anak akan mampu mengoptimalkan segala kemampuan yang dimiliki anak.

Tapi sayangnya saat ini para orang tua banyak yang ‘mengabaikan akan pentingnya interaksi orang tua dengan anaknya’.  Terutama untuk para orang tua yang dua-duanya mengejar karier dan lebih mempercayakan pengasuhan anaknya kepada orang lain.  Padahal ikatan batin antara orang tua dengan anak akan bisa terjalin dengan erat manakala hubungan keduanya terdapat kegiatan interaksi yang berkesinambungan dan komunikasi yang baik.

Salah satu yang mesti kita perhatikan dalam mendidik anak pada usia emasnya atau Golden Age adalah pola asah, asih dan asuh.  Ketiganya ini menarik untuk dicermati dan dipelajari lebih dalam lagi agar pemberian pola pengasuhan dan perawatan kepada anak bisa maksimal.  Antara pola asah, asih dan asuh memiliki karakteristik dan definisi sendiri-sediri dan saling berkaitan.


1. Pola Asah (Mengasah)

Pola asah anak adalah upaya kegiatan untuk merawat anak yang bertujuan untuk mengasah dan merangsang segala kemampuan yang dimiliki anak dan memunculkan bakatnya yang masih tersimpan yang dilakukan secara konsisten dan berkisanambungan.  Hal yang bisa dilakukan dalam mengasah kemampuan anak adalah dengan memberikan pola pendidikan dan pembelajaran.
Proses pendidikan dan pembelajaran kepada anak hendaknya dioptimalkan ketika anak memasuki usia emas.  Rentang usia yang perlu dimaksimalkan adalah usia dari 0 hingga 6 tahun.  Pada usia tersebut anak akan mengalami peningkatan perkembangan yang pesat terutama perkembangan otaknya.  Hampir 80 persen perkembangan otak anak berkembang pada usia emas tersebut.

2. Pola Asih (Mengasih/Memberi)

Penerapan pola asih yang baik kepada anak akan memperkuat hubungan batin antara orang tua dan anak.  Hubungan batin yang kuat akan memupuk rasa kasih sayang antara anak, orang tua dan antar sesama. 
Berikan pujian, penghargaan, kasih sayang pengalaman baru, rasa tanggung jawab dan kemandirian kepada anak.  Pola asih yang benar kepada anak akan mampu untuk memaksimalkan perkembangan kecerdasan emosi anak.  Karena kecerdasan emosi memegang peranan penting dalam menyukseskan anak.  
Berikanlah teladan yang baik di dalam lingkungan keluarga agar anak bisa meniru kebiasaan baik tersebut dan tentunya anak akan merasakan kasih sayang dari orang tuanya.  
Sebaiknya para orang tua menghindari pola pendidikan yang keras, kasar dan menyeramkan.  Jangan membangun benteng ketakutan kepada anak karena bisa mempengaruhi kecerdasan emosinya.

3. Pola Asuh (Mengasuh)

Pola asuh kepada anak adalah kegiatan membesarkan anak yang berkaitan dengan cara merawat anak dalam kehidupan sehari-hari.  Baik itu yang berhubungan dengan asupan gizi, kebutuhan tempat tinggal hidup yang layak, pakaian yang bersih dan nyaman serta kebutuhan akan kesehatan anak.  Kebutuhan tersebut juga memiliki peranan penting untuk pertumbuhan anak.  Terutama kebutuhan akan gizi untuk membantu tingkat kecerdasan anak.  Anak yang cerdas memerlukan energi yang cukup sehingga pemenuhan akan kualitas gizi anak juga perlu diperhatikan dengan baik. Sedangkan untuk membantu menjaga kesehatan anak diperlukan tempat tinggal dan pakaian yang bersih dan nyaman.

Pola asah, asih dan asuh harus dikombinasikan secara baik agar segala kebutuhan yang diperlukan untuk perkembangan anak dapat terpenuhi secara sempurna.  Kerja sama yang baik antar orang tua akan membuat kegiatan membesarkan anak dan penerapan pola asah asuh dan asih dapat berjalan dengan baik tanpa ada ketimpangan beban di masing-masing orang tua.  Menikmati proses dalam merawat dan mendidik anak akan membuat perjalanan hidup terasa luas dan membahagiakan.

C.    Pola Asuh Anak Qur'ani

Tentunya pola asuh  menurut Islam, adalah pola asuh yang Qurani, sesuai Al Quran, seperti pola asuh Luqman kepada anaknya, yang utama dan pertama adalah tauhidnya. Merawat, mendidik, mengasuh anak seperti merawat tanaman. Jika pupuknya baik, maka akan baik tumbuhnya. Jika anak dipupuk dengan kalimat kalimat thayyibah, kasih sayang, dan akhlak yang baik, maka anak tumbuh dan berkembang dengan baik.
''Pendidikan Qurani'' menurut Hasan Basri Tanjung sebagai berikut:
Orangtua adalah guru utama dan keluarga sebagai sekolah pertama untuk melahirkan generasi terbaik.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk(Q.S. Al Bayyinah [98] : 7).

Al Quran mengingatkan umat Islam agar tidak meninggalkan generasi yang lemah.
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” (Q.S. An Nisa [4] : 9).
Tetapi generasi yang kuat, cerdas, penyejuk mata dan hati, serta pemimpin orang yang taqwa. 
‘dan orang orang yang berkata: “ya tuhan kam anugrahkan kepada kami, isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikan kami imam bagi orang orang yang bertaqwa” (Al Furqan [25] : 74).
Bagaimana Lukman dan nabi Ya’qub mendidik anak sehingga kisahnya diabadikan dalam Al Quran?
a.      Pendidikan Luqman Al Hakim yang memberikan teladan dalam mendidik anak yang benar yakni penanaman Aqidah/tauhid lebih dahulu serta akhlak. Jika aqidahnya/tauhidnya kuat maka kepribadiannyapun akan baik (Q.S. Lukman [31] : 12-19).
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".

Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar".

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

(Lukman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
b.     Paparkan dengan kalimat-kalimat thayyibah.
Kalimat thayyibah yang laksana pohon yang akarnya menghujam ke bumi dan dahannya menjulang ke langit, dengan buah yang banyak [Q.S. [14] : 24-25].

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, (Q.S. Ibrahim [14] : 24).

pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat (Q.S. Ibrahim [14] : 25).
c.       Pupuk dengan akhlak yang mulia
Pohon agar tumbuh dengan baik, perlu pupuk, anak agar tumbuh dengan baik perlu pupuk akhlak yang mulia. 
Pendidikan nabi Ya'qub as. 
 apa yang akan kalian sembah sepeninggalku ?” Mereka menjawab: “kami akan menyembah tuhanmu, tuhan nenek moyangmu Ibrahim, Ismail, Ishaq, yakni Tuhan Yang Maha Esa” (Al Baqarah [2] : 133).
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” (Q.S. Al Israa’ [17] :23).

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil" (Q.S. Al Israa’ [17] :24).

d.     Memberi obat/penawar menghadapi hama-hama dalam kehidupan. 
Hama-hama dalam kehidupan semisal tv, pornografi, kekerasan, pornoaksi. Obatnya adalah Al Quran, bertaubat, beristighfar, mengerjakan kebaikan dan muhasabah [H.R. Tirmidzi].
Al quran sebagai obat,dan penyejuk hati.

Dan jika Kami jadikan Al Qur'an itu suatu bacaan dalam selain bahasa Arab tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?". Apakah (patut Al Qur'an) dalam bahasa asing, sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Qur'an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh" (Q.S. Fushshilat : 44).

“Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian” (Al Israa’: 82).

Jadi, jika anak ingin tumbuh dan berkembang dengan baik, maka berilah pupuk yang baik dengan kalimat kalimat tauhid, thayyibah dan akhlak yang mulia serta teladan yang baik dari orang tua, bukan dengan pupuk kekerasan, marah dsbnya. Hijrah kan pola asuh anak dari biasa biasa saja, kepada pola asuh qurani, untuk menghasiilkan generasi terbaik, generasi qurani generasi rabbani. Amin.

D.    Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perilaku Anak

Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relative konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negative maupun positif.
Menurut Baumrind (1967), terdapat 4 macam pola asuh orang tua:
1.      Pola asuh Demokratis,
Pola asuh Demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru, dan koperatif terhadap orang-orang lain.
2.      Pola asuh Otoriter,
Pola asuh otoriter sebaliknya cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Misalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe ini juga cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi, dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.
Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri.
3.      Pola asuh Permisif,
Pola asuh Permisif atau pemanja biasanya memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak.
Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial.
4.      Pola asuh Penelantar.
Pola asuh tipe yang terakhir adalah tipe Penelantar. Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biayapun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya.
Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang moody, impulsive, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, Self Esteem (harga diri) yang rendah, sering bolos, dan bermasalah dengan teman.
Dari karakteristik-karakteristik tersebut di atas, kita dapat mawas diri, kita masuk dalam kategori pola asuh yang mana. Apabila kita memahami pola asuh yang mana yang cenderung kita terapkan, sadar atau tidak sadar, maka kita dapat segera merubahnya.
Kita juga dapat melihat, bahwa harga diri/kepercayaan diri yang rendah terutama adalah disebabkan karena pola asuh orang tua yang penelantar. Banyak sekali para orangtua terutama para wanita karier yang sudah mempunyai anak yang lebih cinta kepada pekerjaannya daripada kepada anaknya sendiri. Dia lebih banyak meluangkan waktu untuk mencari uang dan uang. Dia lupa kalau di rumah ada anak-anaknya yang membutuhkan kasih dan sayang dia. Pergi kerja disaat anaknya masih tertidur pulas, lalu pulang ketika anaknya sudah tertidur pulas lagi. Sehingga, anak-anak  lebih mengenal pembantunya daripada sosok ibunya sendiri.
Semoga setelah membaca ini tulisan singkat ini, Kita bisa menjadi orangtua yang bisa dibanggakan oleh anak Kita di kemudian hari.
Jadilah orang tua yang teladan, serta bersahabat dan dapat menjadi teman sekaligus bagi anak. Insya Allah. 
Hadi Kurniawan Apt
Hadi Kurniawan Apt Just Cool Just Smile

2 comments for "ISLAMIC PARENTING: POLA ASUH / MENDIDIK ANAK 1"

  1. Ijin share yah pak. Agar Ilmunya tambahnya bermanfaat. Terimakasih.
    Sumber akan selalu saya cantumkan.

    ReplyDelete
  2. Thanks infonya, menarik banget. Oiya ngomongin pola asuh anak, ternyata ada loh cara asuh yang cerdas biar anak itu bisa sukses di masa depan seperti miliarder Bill Gates. Gimana caranya? Yuk liat selengkapnya di sini: Cara asuh orang tua Bill Gates

    ReplyDelete

Post a Comment